“MEILI DAN BAGASKARA”
Oleh Widya Nurul Rahma
Sc. 1 EXT. Bandara. 15.00.
Meili Ying dan Rina Xioling
FADE IN
CLOSE UP (wajah Meili Ying)
VERY LONG SHOT
Angin
mengibaskan rambut Meili Ying kala pesawat dari Bandara Beijing Capital
berhasil mendaratkan rodanya di Indonesia. Tanah kelahiran Meili yang tak
disangka akan menjadi tanah tempat tinggalnya lagi setelah lebih bertahun-tahun
ia menjadi warga negara Beijing China.
RINA XIOLING:
“Permisi!”
MEILI YING
“Sorry”
(sambil menggerakan kakinya ke arah kiri dan memberi
celah lebih luas untuk perempuan muda berambut pendek dengan tato kupu-kupu
biru di bagian leher belakang)”
HIGH ANGLE
Rina Xioling
MEILI YING
VOICE OVER
“Anak muda Indonesia zaman
sekarang seperti itu, berbeda sekali
denganku, apakah aku bisa tinggal di Indonesia lagi?
LONG
SHOT
Tapi sepertinya dia
salah satu aktris di Indonesia (melihat wanita tersebut di kejar-kejar banyak
wartawan)”
SOUND EFFECT. Suara mesin pesawat
CUT TO CUT
Sc. 2 INT. Bandara. Sore. Bagaskara, Meili Ying dan Safarudin
Sitorus
SWISH PAN
Bagaskara
dan sahabat seperjuangannya Safarudin Sitorus atau biasa dipanggil safar
mencari ke arah kanan dan kiri berusaha untuk menemukan orang yang memakai
seragam TNI AU yang telah menunggu mereka dari pukul 14:00 ujarnya lewat sms
yang dikirimkan pada nomor ponsel Bagaskara. Tiba-tiba terlintas dalam benak Bagaskara
untuk menanyakan letak ruang tunggu di Bandara pada wanita berambut hitam lurus
sebahu yang menggerek koper besar berwarna hijau lemon yang baru saja berjalan
melewatinya. Namun tiba-tiba wanita itu
berbalik rah seperti akan menghampiri Bagaskara. Bagaskara pun mulai
berjalan lurus ke arah wanita itu.
BAGASKARA
“maaf, saya....”
MEILI YING
“Permisi saya mau tanya”
BAGASKARA
“ia mba ada apa?”
MEILI YING
“saya mau nanya pak, teman saya sedang
menunggu saya di Bandara ini, saya harus ke arah mana ya pak untuk menuju teman
saya. Ujarnya dia berada di tempat orang biasa menunggu kedatangan kerabatnya
yang mau keluar dari Bandara ini”.
“(Meili Ying mengira bahwa
ia sedang bertanya kepada petugas Bandara)”.
BAGASKARA
“oh ya, mba bisa ke arah
kiri terus ikuti saja orang-orang itu. Mereka pun akan ke arah yang sama dengan
mba (berpikir keras agar tidak terlihat bahwa ia pun tidak tahu).
MEILI YING
“oh iya pak, terima kasih, xie xie”
“ (Meili berbalik badan
kemudian menuju kearah yang telah ditunjukan Bagaskara yang disangka pertugas
Bandara olehnya)”.
BAGASKARA
“sepertinya perempuan itu
mengira kita adalah petugas Bandara far, haha lucu sekali wanita itu.
Sepertinya dia keturunan Thionghoa, dia menggunakan bahasa Mandarin saat
mengucapkan terima kasih”.
SAFARUDIN
SITORUS
“Dasar kau hidung belang,
tahu saja mana yang cantik. Lah, ko situ tahu itu bahasa Mandarin, situ pernah
tinggal di Hongkong toh?”
BAGASKARA
“Hah iya ya, bingung aku
juga Far. ko tahu ya saya xie xie itu
artinya terima kasih”.
SAFARUDIN
SITORUS
“sudah tak usah dipikirkan,
komandan sudah menunggu. Ayo kita ikuti saja wanita cantik itu, siapa tahu
berjodoh”
SOUND EFFECT: AMBIENCE (Suara
yang berasal dari berbagai kegiatan yang terjadi di dalam Bandara).
CUT TO CUT
Sc.3 INT. Bandara. Sore
RUNNING SHOT
Tanpa
berpikir panjang, Bagaskara dan Safar pun mengikuti wanita asing yang telah
tertipu tersebut. Berharap dapat menemukan orang yang mereka cari secara secara
bersamaan.
SWISH SHOT
Di
lihatnya oleh Bagaskara wanita itu berhenti sambil mengarahkan telunjuknya ke
kanan dan ke kiri, lalu menoleh ke belakang yang membuat Bagaskara seketika
menghentikan langkah kakinya. Karena takut wanita tersebut sadar bahwa ia dan
Safar sedang mengikutinya.
SOUND EFFECT: AMBIENCE
(Suara yang berasal dari berbagai kegiatan yang terjadi di dalam Bandara).
CUT TO CUT
Sc. 4 INT. Bandara. Sore
RUNNING SHOT
Meili
Ying kembali melangkahkan kakinya, berusaha menemukan paman Agus, yang lama
sudah tak ia temui. Meili Ying merasa takut tak bisa mengenali pamannya
tersebut. Namun ia sangat ingat, bahwa wajah pamannya tak jauh beda dengan
Ayahnya. Hanya saja pamannya tersebut berbadan lebih tinggi dari Ayahnya.
MEILI YING
“Oh my God, hp ku mati lagi.
Paman, dimana kau? Akan ku temukan kau kembaran Ayah”.
“(sambil menarik koper, lalu bergegas mencari
kembali).
SOUND EFFECT: TONE TRACK
(Suara yang berasal dari berbagai kegiatan yang terjadi di dalam Bandara).
CUT TO CUT
Sc.5. INT. Bandara. Sore.
RUNNING SHOT
Meili
Ying berjalan tergesa-gesa, ia tak mau petugas Bandara yang ia tanya tersebut
mengikutinya terus. Ia sesekali menoleh kebelakang, memastikan jarak antara ia
dan kedua lelaki jangkung berseragam tersebut cukup jauh. Tetapi karena ia tak
yakin akan menemukan pamannya dengan terus berjalan lurus, ia pun menghentikan
langkahnya, berharap kedua petugas tersebut melewatinya dan ia bisa menegur
mereka dan kembali bertanya.
SLOW MOTION (pengambilan gambar pada saat Bagaskara dan Safar berjalan)
CUT TO CUT
Sc.6. INT. Rumah Ayah Meili
Ying. Malam
TWO SHOT
DEDI EFENDI
(AYAH MEILI YING)
“Nak, mulai besok kau sudah
bisa ikut mengajar di Sekolah tinggi tempat tante Indri bekerja. Ayah sudah
bicarakan hal ini pada tantemu itu seminggu lalu. Ayah sudah ceritakan riwayat
pendidikanmu. Katanya kau bisa mengajar di kelas jurusan bahasa Mandarin pada
mahasiswanya. Kebetulan salah satu dosen bahasa Mandarin ada yang pindah keluar
negeri. Besok pagi kau bersiap ya, ayah tak mau kau terlambat”.
“(sambil menatap Meili Ying, putri satu-satunya
itu).
MEILI YING
“Ya pak, besok pagi Memei
akan bangun pagi. Alamat sekolah tingginya Ayah tahu?”
DEDI EFENDI
“Ini nak alamatnya”.
“(sambil menyodorkan secarik kertas
bertuliskan alamat kampus yang akan menjadi tempat mengajar Meili Ying).
MEILI YING
“Besok mungkin Meili akan
naik taksi saja, karena Memei belum hapal jalan dan tata tertib lalu lintas di sini.
Kunci mobil nanti Memei simpan di atas meja kamarku ya Yah”.
DEDI EFENDI
“Kau simpan saja kunci
mobilnya. Ayah sudah tak mampu menyetir lagi. Tak perlu Ayah itu mobilmu Memei.
Mobil itu khusus Ayah beli untukmu, jadi jaga baik-baik ya”
“(Sambil mengusap-ngusap rambut Meili yang
sedang duduk dilantai dan menyandarkan kepalanya di kedua kaki Dedi Efendi yang
sedang duduk di kursi roda)”.
MEILI YING
“Ayah tak boleh bicara
seperti itu, ayah memang sudah tua hihi.
Tapi bukan berarti Ayah tak
akan sembuh. Aku percaya Ayah pasti sembuh”. Setelah sembuh nanti kita akan
pergi ke Beijing ya, ke makan Ibu”.
(Meili memberikan senyuman kepada Ayahnya dan
kemudian merangkul Ayahnya)”.
DEDI EFENDI
“Besok kau akan di jemput
oleh paman Agus. Kebetulan setiap hari ia melewati kampus tersebut. Kau bisa
ikut dengannya. Naik taksi tanpa tahu jalan, rawan kejahatan. Ayah tak mau kau
kenapa-kenapa. Bila kau dengan pamanmu, Ayah takkan khawatir, pamanmu itu kan
komandan yang gagah berani”.
MEILI YING
“Ayah ah, suka berlebihan.
Aku kan bisa pergi sendiri naik taksi. Dari Beijing saja ke Indonesia Memei
berani”.
DEDI EFENDI
“Ya kalau ada yang lebih
aman dan terjangkau apa salahnya kita gunakan. Lagian kau dengan pamanmu sendiri”.
MEILI YING
“Ya Dedi. Sekarang sudah
malam. Yuk, aku antar Ayah ke kamar, waktunya tidur”.
DEDI EFENDI
“Dasar anak pintar (sambil
sedikit tertawa pelan). Panggilkan simbo dan minta simbo siapkan obat dan air
minum untuk Ayah”.
CUT TO CUT
Sc.7. INT. Kamar Meili.
Tengah Malam
CLOSE UP
Sambil
menatapi foto mendiang ibunya, Meili meneteskan air mata.
MEILI YING
“Bu, andai ibu bisa melihat
Ayah kini, ibu pasti akan sangat bahagia jika ibu tahu kini Ayah sudah berubah
menjadi Ayah yang sangat baik. Aku sangat merindukan Ibu. Semoga Ibu bahagia di
surga sana. Doakan anakmu ini bu. Besok Meili mulai mengajar. Meili harus
banyak beradaptasi dengan orang-orang di Indonesia Bu. Doakan Meili agar tak
canggung menghadapi para mahasiswa nanti. Meili sangat senang bisa mengajarkan
bahasa Indonesia pada para mahasiswa dari Tiongkok, dan mengajarkan bahasa Mandarin
pada mhasiswa Indonesia”.
“(Meili mematikan lampu
kamar)”.
CUT TO CUT
Sc. 8. EXT.
Depan Pagar Rumah. Pagi 06.00. Cuaca dingin berangin sehabis hujan semalam.
MEILI YING
“Mana lagi si paman, ah
lagi-lagi dengan paman Bandara itu”.
“(Meili kesal sudah menunggu
30 menit di luar, pamannya tak kunjung datang)”
Lima menit kemudian.
Tiiiiid,
tiiiiid (suara klakson mobil terdengar mengarah pada Meili). Kemudian tepat di
depan Meili mobil itu berhenti. Meili serentak langsung menaiki mobil yang tak asing lagi dimatanya, karena sewaktu
pamannya menjemput ia di Bandara, mobil itu pulalah yang digunakan pamannya
untuk menjemput Meili.
Sc. 9. EXT. Di dalam mobil
perjalanan menuju kampus. Pagi. Meili dan Bagaskara
Meili
menutup pintu mobil. Kemudian berkata,
MEILI YING
“Apa kabar Paman?”
(Meili Ying mengira lelaki
yang duduk di sebalahnya itu adalah
paman Agus)
BAGASKARA
“Alhamdulillah pamanmu baik bak.
Sebelum menjemput mba, saya bertemu terlebih dulu dengan Pak Agus”.
Meili
kaget, suara dengan logat jawa itu jelas sangat ia kenali dan ia yakini
bukanlah suara pamannya. Kemudian ia pun langsung menoleh ke kanan sambil sambil
memakai save belt.
MEILI YING
“Ko bisa, kamu di mobil ini?”.
“(Jantung Meili berdegup
kencang)”
BAGASKARA
“Ya bisa mba. Kita mau
kemana ni mba?”
MEILI YING
“(Menyodorkan secarik kertas
berisi alamat yang akan dituju)”
“Mana Paman Agus? Mengapa
bukan pamanku yang mengantar?”
BAGASKARA
“Siap. Saya perintahkan
untuk menjemput mba dan mengantarkan mba sampai tujuan”.
“(sambil membuka googgle maps di ponselnya, tanpa
menjawab pertanyaan Meili mengapa pamannya tidak bisa mengantarkan Meili)”.
VOICE OVER
MEILI YING
“Heuh dasar muka kaku,
kenapa si aku harus semobil lagi sama petugas bandara gadungan ini. Tapi
sekarang ko dia wangi ya”.
“(sambil melirik Bagaskara yang fokus menyetir
lalu tersenyum)”.
LOW ANGLE (Bagaskara)
MEILI YING
“Ya Ampun kakinya panjang
banget gitu. Tinggi dia berapa ya? Badannya keukeur gitu ih, tentara memang
semua gitu badannya kaya manusia gorila. Dia memang manis, hidungnya mancung,
giginya rata, kalau senyum makin manis”.
BAGASKARA
“ehm ehmmm (pura-pura batuk),
kenapa mba lihat-lihat?”
“(tersenyum tipis dan melirik Meili Ying yang
terlihat sangat rapi dan cantik)”.
MEILI YING
“Iiiih siapa yang
lihat-lihat. Itu saya hanya lihat banyak sekali kamu memakai pin berbentuk
sayap”.
BAGASKARA
“Oh ini, di kira saya, mba
tak memerhatikan saya. Ini saya kan”
“(perkataan Bagaskara terpotong oleh Meili
yang merasa malu dan terlihat gugup)”
MEILI YING
“Dih, siapa juga yang
memperhatikan Anda. Sorry ya pak, eh siapa-siapa itu nama kamu aku lupa. Nyetir
aja yang fokus, nanti saya telat”.
BAGASKARA
VOICE OVER
“lucu kali mba ini”.
(Bagaskara hanya tersenyum
mendengar perkataan Meili Ying)”.
SOUND EFFECT: Suara radio dari tip mobil yang memutarkan lagu Ungu feat Andin dengan lirik “Saat
Bahagiaku, duduk berdua denganmu
hanyalah bersamamu mmmmhhh (dan
seterusnya)”.
Mendengar
lagu di radio itu Meili pun langsung melirik Bagas dan berkata dalam hati.
VOICE OVER
MEILI YING
“Bahagia apanya, yang ada
aku males duduk berdua gini di mobil sama petugas Bandara gadungan yang sok
ganteng ih”
“(sambil melirik Bagaskara yang duduk
disebelahnya kemudian Meili teringat kejadian saat perjalanan Jakarta Bandung
bersama Paman Agus, Bagaskara dan Safar)”.
CUT TO CUT
SC. 10. EXT. Dalam Mobil
perjalanan Jakarta-Bandung . Pulang dari Bandara menjelang malam. Meili Ying,
Bagaskara, Agus dan Safarudin Sitorus
FLASH BACK
FADE IN
VOICE OVER
MEILI YING
“Hih ini dua tentara habis
ngapain si, ko badannya bau orange juice
basi gini”.
AGUS
“Bagaskara, kenalkan itu
perempuan yang duduk di sebelahmu keponakan paman.
Nah yang di sebelah paman
ini temannya Bagas, siapa Bagas nama temanmu ini?”
SAFARUDIN
SITORUS
“Nama saya Safarudin Sitorus
Pak. Bapak bisa panggil saya Safar”.
MEILI YING
“Ya paman. Nama saya Meili
Ying”
AGUS
“Ko malah ke paman si Mei
kenalannya, paman kan sudah tahu. Suka becanda ni kamu. Kamu lelah sehabis
perjalanan ya?”
MEILI YING
“Engga paman (sambil pura-pura
senyum seakan tersipu malu)”
AGUS
“Ya sudah kalau gitu,
salaman dulu dong”.
MEILI YING
“Nanti susah paman, itunya
kan lagi nyetir”
AGUS
“Tuh kan karena belum
kenalan, jadi bilang itunya. Ini Safar lagi santai, tak mau salaman ya sama
para tentara? Takut kotor tangannya?”
Akhirnya,
dengan terpaksa Meili mengulurkan tangannya pada Safar terlebih dahulu dan kemudian
pada Bagaskara.
VOICE OVER
MEILI YING
“Andai aku bisa ungkapkan
semua isi hatiku. Hmmm, kenapa si harus semobil sama petugas Bandara gadungan
ini. Paman lagi ga beritahu kalau bakalan sekalian jemput dua orang ini. Mana
malu lagi tadi di Bandara. Ihhh bodoh. Kenapa aku harus menepuk punggungnya
saat dia lewat tadi. Aduh malu-maluin kamu Mei”.
CUT TO CUT
SC. 11. Di dalam Mobil sesampainya di kampus tempat Meili mengajar. Pagi. Hujan.
Meili Ying dan Bagaskara
BAGASKARA
“Mba, bangun. Sudah sampai. Mba
bangun kita sudah sampai”.
Beberapa
kali Bagaskara mencoba membangunkan Meili Ying, Meili tidak terbangun juga.
Sampai pada akhirnya Bagaskara memutuskan untuk menekan klakson tiga kali agar
Meili terbangun.
MEILI YING
“ (Meili terbangun dan kaget)”
“Astaga, hati-hati”.
BAGASKARA
“Iya mba, ini kita sudah
sampai dari 15 menit lalu. Mba ga akan turun?”
MEILI YING
“Hah? Sudah sampai mana ini?”
BAGASKARA
“Sudah sampai tujuan mba
(sambil menggaruk kepala,
kemudian berbicara dalam hati)
VOICE OVER
BAGASKARA
“Aduh ini cewe aneh, untung
cantik”.
MEILI YING
“Oke, thanks. Take care”.
“(Keluar dari mobil kemudian
berlari ke gedung kampus karena cuaca hujan)”
SC. 12. EXT. Di depan gedung
kampus. Hujan. Pagi.
SOUND EFFECT SUARA RINTIK
HUJAN
RAIN CLUSTER
Saat
sedang berlari menuju gedung tiba-tiba ada seseorang dari belakang yang
memayungi Meili. Kemudian Meili berbalik dan berkata
MEILI YING
“Terima kasih Baga”
“(Ucapan Meili terhenti,
karena ternyata yang memayunginya tersebut bukanlah Bagaskara seperti yang ia
kira. Melainkan ojek payung yang langsung saja memayungi Meili tanpa izin
terlebih dahulu)”.
OJEK PAYUNG
“Neng payung Neng”
Meili
akhirnya berjalan sambil membawa payung yang disodorkan ojek payung itu. Meili
melihat ke belakang berharap masih melihat Bagaskara. Tapi ternyata Bagaskara
telah menghilang dan Meili merasa sial dan sedih karena merasa Bagaskara sama
sekali tak memperdulikannya.
VOICE OVER
MEILI YING
“Hih dasar lelaki sombong
takberprikemanusiaan. Sudah tahu aku pasti kehujanan, tapi dia malah pergi gitu
aja. Ini lagi ko di Indonesia ojek payung jualannya kaya gini si, maksa. Ga
ngerti aku hidup disini. Ya Tuhan, beri aku kekuatan menghadapi semua ini”.
MEILI YING
“Terima kasih pak, berapaan
ini payungnya?”
OJEK PAYUNG
“Punten
neng, teu diical iyeu mah payungna”.
MEILI YING
“Apa pak? Mohon maaf saya
tidak mengerti”.
OJEK PAYUNG
“Oh, Neng gak ngerti bahasa
Sunda ya. Maaf Neng, tapi saya bukan jualan payung, saya ojek payung Neng”.
MEILI YING
“Oh, sewa payung ya pak.
Saya kira jualan payung pak. Hehe
Yasudah kalau gitu berapa
pak?”
OJEK PAYUNG
“Ngga Neng ga usah bayar
lagi. Tadi
sudah dibayar sama Akang
yang tentara. Dia yang suruh saya mayungin Eneng”.
MEILI YING
“Apa pak? Oh iy pak, terima
kasih ya”.
CUT TO CUT
SC. 13. INT. Gedung kampus.
Pagi Meili dan Tante Indri
MEILI YING
“Selamat pagi tante, mohon
maaf saya telat ya?”
INDRI
“Oh my God, keponakanku sudah besar sekarang. Selamat pagi juga cantik,
ayo silahkan duduk”. Bagaimana kabar keluargamu Mei?
MEILI YING
“Iya tante, terima kasih.
Maaf saya berantakan tante. Di luar hujan deras sekali. Keluargaku? Oh kami
baik tante”.
INDRI
“Oh, no problem itu sayang. Yuk langsung aja kita ke kelas. Nanti akan
tante perkenalkan kepada mahasiswa disini”.
“(tante Indri mengajak Meili
Ying untuk berjalan menuju kelas)”
MEILI YING
“Langsung tante? Tapi saya
tante, saya belum berpengalaman mengajar”.
“(Meili sedikit gugup)”
INDRI
“Ah, tante percaya sama
kamu. Ayah kamu sudah ceritakan semuanya ko. Masalah administrasi dan lain-lain
sudah dibereskan oleh Ayahmu. Kamu hanya tinggal isi beberapa data saja. Tak
usah khawatir, tante sangat senang kamu datang di saat yang tepat”.
MEILI YING
“Benar tante, saya tak perlu
melewati proses apapun? Interview
dulu gitu atau psikotes apa dulu gitu tan?”
INDRI
“Iya sayang tak usah
khawatir. Ayahmu itu lelaki yang siap siaga untuk anaknya. Kau sudah membawa
beberapa berkas persyaratan itukan? Itu sudah cukup. Masalah jadwal mengajar
dan lain-lain, nanti tante emailkan oke. Ayo kita masuk dulu, mereka sudah
menunggu”.
Meili
merasa malu karena harus menjadi dosen tanpa melewati proses apapun. Tapi itu
tak mau ia hiraukan terlalu dalam, sekarang yang ia pikirkan hanya bagaimana
caranya ia beradaptasi dengan para
mahasiswa yang akan menjadi muridnya nanti.
SC. 14. EXT. Pinggir jalan.
Pukul 12.30 waktu istirahat
Setelah
semua kegiatan di kampus selesai, Meili segera menelpon ayahnya. Mengatakan ia
akan pulang dengan naik taksi. Namun, baru saja ia berada di tepi jalan, Bagaskara
dengan mobil Mercy hitam milik om Agus itu berenti tepat di depan Meili.
Kemudian Bagaskara membukakan kaca mobil depan sebelah kiri dan berkata.
TONE TRACK
BAGASKARA
“Taksi mba (mencoba mengejek
Meili yang terlihat cemberut)”
MEILI YING
“Ya, aku mau duduk di
belakang”.
(sedikit berteriak karena
jalanan terlalu ramai)
BAGASKARA
“Silahkaaan mba cantik”
MEILI YING
“Hih (senyum sinis, dan
kemudian masuk ke dalam mobil)”.
CUT TO CUT
SC.15. EXT. Mobil. Siang
hari. Hujan
SOUND EFFECT. Lagu-lagu
penyanyi Indonesia Judika
Di
perjalanan menuju pulang kali ini Meili tidak tidur, tapi Meili asik mengobrol
menggunakan bahasa Mandarin dengan temannya dari Beijing. Sedangkan Bagaskara
fokus menyetir sambil asik mendengarkan lagu-lagu Judika salah satu penyanyi
favoritnya.
VOICE OVER
BAGASKARA
“Cangcingcong-cangcingcong,
ora ngarti aku mba cantik. mba ngomong apa”.
Setelah
melihat Meili Ying selesai menelpon Bagaskara kemudian bertanya.
BAGASKARA
“Sudah makan mba?”
MEILI YING
“Sudah”.
BAGASKARA
“Syukurlah. Tadi ayah mbak
telepon kalau saya harus jemput mba buru-buru”. “Mba sedang buru-buru ya?”
MEILI YING
“tidak”.
BAGASKARA
“Padahalkan di sini banyak
taksi ya mba?”.
MEILI YING
“Oh, jadi situ ga suka
jemput saya. Kenapa ga nolak aja pas di minta jemput saya tadi?” Lagian saya
lebih nyaman naik taksi dari pada sama supir yang banyak nanya”.
BAGASKARA
“Saya becanda mba”
MEILI YING
“Oh, situ ngelawak?”
VOICE OVER
BAGASKARA
“aduh ini cewe apa kuntilanak
si?. Serem amat”.
MEILI YING
“Pake nanya udah makan apa
belum lagi”.
BAGASKARA
“Aduh si mba ngambek beneran
ni. Itu tadi Ayah mba menyarankan saya untuk mengajak mba makan siang dulu jika
mba belum makan siang katanya. Jadi saya tanya mba barusan udah makan atau
belum. Kalau belum kita sama-sama cari makan di sekitaran sini. Karena
kebetulan saya juga belum makan”.
MEILI YING
“Saya sudah makan. Jadi ga
usah”.
“(sambil memasangkan headset ketelinganya dan
kemudian memejamkan mata)”.
SC. 16. EXT. Teras Rumah
Meili Ying. Meili Ying, Bagaskara, Dedi Efendi. Hujan.
SOUND EFFECT SUARA DERASNYA
HUJAN
RAIN CLUSTER
DEDI EFENDI
“Ajak masuk dulu Mei,
Bagasnya”.
MEILI YING
“Ayo masuk dulu nanti Ayahku
marah (suara pelan terkesan bisik-bisik)”.
BAGASKARA
“Tak usah repot-repot Pak,
saya langsung berangkat aja”.
DEDI EFENDI
“Oh, masih banyak tugas ya?
Yasudah, besok juga ketemu lagi kan? Besok jemput anak saya seperti biasa ya.
Tidak keberatan kan kau Bagas?”
BAGASKARA
“Siap, sudah tugas saya menuruti
komandan”.
DEDI EFENDI
“Yasudah hati- hati di
jalan. Ayo Memei antarkan Bagas sampe depan pagar!”.
BAGASKARA
“Biar saya sendiri saja pak”.
DEDI EFENDI
“Cepat memei buka payungnya,
antarkan!”
Meimei
pun mengantarkan Bagaskara sampai Bagaskara masuk ke dalam mobil. Pada saat
Meili dan Bagaskara berjalan dalam payung yang sama. Meili berbisik.
MEILI YING
“Terima kasih ojek payungnya”.
Mendengar
bisikan Meili Ying jantung Bagaskara tiba-tiba berdegup kencang, Bagaskara tak
menyangka wanita yang ia kira hanya bisa marah-marah tidak jelas itu, tiba-tiba
bisa juga mengucapkan kata terima kasih dengan manis seperti itu.
CUT TO CUT
SC. 17. Dalam Mobil.
Bagaskara
Selama
dalam perjalanan menuju mes tempat tinggal sementara Bagaskara di Bandung. Bagaskara
terus saja terbayang ucapan Meili yang manis tadi. Iya terus terbayang tatapan
mata Meili yang terlihat sangat cantik di mata Bagaskara.
BAGASKARA
“Ya Tuhan cantik kali mba
Memei itu, dari pertama bertemu pun dia sudah menarik hati. Bersyukur sekali
saya bisa bertemu dengan dia setiap hari”.
CUT TO CUT
SC. 18. Dalam Mobil. Satu bulan kemudian. Bagaskara dan Meili Ying
MEILI YING
“Hand phone kamu bunyi tuh”.
BAGASKARA
“Oh ya? Coba tolong buka dan
bacakan smsnya sayang”.
MEILI YING
“Bagaskara lagi apa?(Meili
membacakan isi sms)”
“Sms dari siapa ni nomor baru?”
BAGASKARA
“Coba lihat nomornya!”
MEILI YING
“Ni (sambil memperlihatkan hand phone pada Bagaskara yang sedang
menyetir)”.
BAGASKARA
“Hmm,dia mantanku sayang”.
MEILI YING
“Mantanmu yang mana? Dilla
maksudnya? Ni balas dulu smsnya silahkan!”.
(Meili cemburu)
VOICE OVER
MEILI YING
“Ternyata Bagaskara hafal
nomor Dilla, aku tak menyangka.”
BAGASKARA
“Sayang, jangan marah dong.
Maafkan aku. Lagian sekarang aku ga baleskan sms dari Dilla. Sayang jawab dong
jangan diam aja”.
Meili
hanya diam, pura-pura tidur dan tidak menghiraukan perkataan Bagaskara. Dalam
hati Meili berkata.
VOICE OVER
MEILI YING
“Sabar Memei, jangan sampai
kamu berantem. Jangan kaya di sinetron-sinetron alay yang lagi trend di
Indonesia berantem di mobil terus diturunin deh nanti cewenya di tengah jalan,
oh no. Gara-gara kebanyakan nonton,
jadi gini ah. Sabar Memei, diamkan Bagaskara, tarik nafas dalam-dalam, jika
sudah sampai tujuan baru kamu ngomong baik-baik.
BAGASKARA
“Sayang maafin aku, jangan
ngebelakangin aku kaya gitu dong”.
“(Sambil mengelus rambut
Meili dengan tangan kirinya)”
MEILI YING
“Sudah tak apa, fokus saja
menyetir”.
BAGASKARA
“Janji ya ga marah ya. Nanti
saya jelaskan kalau sudah sampai ya. Mau nonton apa kita nanti?”
SC. 19. INT. Mall PVJ
Bandung. Malam
Sesampainya
Meili dan Bagaskara di mall PVJ Bandung mereka memutuskan untuk mencari makan
terlebih dahulu sebelum menonton di bioskop.
MEILI YING
“Yasudah karena jadwal
nonton kita masih sekitar dua jam lagi, sambil nunggu kita cari makan aja. Kamu
mau makan apa?”
BAGASKARA
“Aku ingin see food, gurame bakar boleh juga”.
MEILI YING
“Ya aku juga ingin udang
asam manis”
SWISH PAN
BAGASKARA
“Di sini dimana ya ada
masakan see food?”
“(Sambil melihat-lihat ke
kanan dan ke kiri)”
MEILI YING
“I don’t know Gas. Kamu seharusnya lebih
tahu dari pada aku”.
BAGASKARA
“Oke ayo ikuti saja pacarmu
ini!”.
Meili
Ying pun mengikuti kemana Bagaskara mengajaknya.
CUT TO CUT
SC. 20. Tempat makan seefood
pinggir jalan (pedagang kaki lima). Malam. Meili dan Bagaskara
BAGASKARA
“Ayo silahkan duduk cantik”.
MEILI YING
“(Meili kemudian duduk dan
tak menghiraukan rayuan Bagaskara)”.
BAGASKARA
“Mei ko lihatnya kesana
terus si, sini dong liat ke aku. Aku ga akan balas sms dia lagi, aku janji Mei.
Aku pesankan dulu ya makanannya. Kamu mau minum apa?”
Bagaskara
pun memesankan Gurame bakar dan udang asam manis dengan nasi tiga porsi. Dua porsi untuknya dan satu porsi
untuk Meili yang selalu cantik dan lucu di mata Bagaskara.
BAGASKARA
“Sudah ku pesankan, tinggal
menunggu. Huh kayanya enak ni. Ya ya? Jawab dong sayang, maafin aku. Sudah dong
ngambeknya!”.
MEILI YING
“Ya, aku maafin. Lain kali tak
begitu lagi”.
BAGASKARA
“Ya aku janji tak akan
membalas atau menghubungi dia lagi. Aku cuman sayang sama kamu. Kamu harus
percaya itu”.
MEILI YING
“Ya, kalau kamu berada di
posisi aku sekarang, pasti kamu juga marahkan. Bayangkan, kalau ada mantanku
menghubungiku lagi? Kamu ingat? Kamu marahnya seperti apa? Waktu ada mantanku
mengirimkan paket bunga itu”.
BAGASKARA
“Ya sudah tentu ingat. Dan bagaimana
bisa kau masih menyimpan foto mantanmu itu di kamarmu. Kalau aku tidak lihat
foto-foto kamu sewaktu di kamar itu. Mungkin aku tidak akan tahu sampai
sekarang foto itu masih kau simpan atau tidak”.
MEILI YING
“Ko jadi kamu yang marah si.
Sekarangkan kamu yang salah”.
BAGASKARA
“Hehehehe”
“Setelah
makan, mereka menonton film bergenre horor dan pulang larut malam”.
CUT TO CUT
SC. 21. EXT. Teras Rumah
Meili Ying. Bagaskara dan Meili Ying
MEILI YING
“Oke sayang, cepat pulang
sudah larut malam. Ayah pasti sudah tidur. Nanti ku sampaikan pada Ayah kalau
kita pulang larut malam karena tak kebagian jadwal nonton yang lebih awal.
Hati-hati ya. Sudah sampai kabari aku”.
BAGASKARA
“Siap. Dadah cantikku, i
love you”.
MEILI YING
“I love you too. Dadah”
Sambil
melambaikan tangan Meili Ying membayangkan jika nanti Bagaskara pindah tugas ke Medan.
CUT TO CUT
SC. 22. INT. Kamar Meili
Ying. Malam. Meili Ying
Sambil menatap foto mendiang ibunya Meili berkata.
MEILI YING
Sedih sekali rasanya bu,
jika dia benar-benar pergi untuk pindah tugas nanti. Sebulan lagi dia akan pindah
bu. Aku tak ikut bersamanya. Orang tua Bagas pun, menginginkan Bagas tinggal di
Medan dan tentunya hidup dengan perempuan yang satu suku dengan mereka. Apa
salah bu, aku bersuku Thionghoa Sunda mencintai lelaki berdarah kental Jawa? Mengapa setiap kali orang tuanya mengetahui
aku sedang dengan Bagaskara mereka selalu menelpon seolah-olah tak boleh aku
berduaan dengan Bagaskara. Aku sedih bu, Bagas selalu bilang, “tak usah khawatir, aku akan bicara pada
orang tuaku nanti”. Kali ini aku benar-benar ingin bersamanya bu. Aku ingin
menikah dengannya, dia cinta sejatiku. Dia pekerja keras, dia tampan, hidungnya
mancung, senyumannya maniiiis sekali. Meskipun kami selalu bertengkar hanya
karena dia tak mengerti ucapanku atau aku tak mengerti ucapan dia yang entah
artinya apa. Tapi aku senang sekali, dia begitu baik padaku bu. Andai ibu masih
ada disini mungkin ibu akan ikut bahagia pula.
Tapi rasanya semua hanya akan menjadi anganku saja bu”.
SC. 23. INT. Kamar Bagaskara.
Larut malam. Bagaskara
Bagaskara
menelpon Meili Ying
BAGASKARA
“Sayang aku sudah sampai,
kamu tidur cepat ya sudah malam”.
MEILI YING
“Ya, aku tidur sebentar
lagi. Kamu lagi apa sekarang?”
BAGASKARA
“Lagi mikir ni”
MEILI YING
“Mikirin apa? Banyak kerjaan kah?”
BAGASKARA
“Mikiriiiiinnn (nada
panjang) Meili Ying hehehehe”
MEILI YING
“Wleeee gombal”
“(tersenyum bahagia)”
BAGASKARA
“Payah ya, kita ketemu di
saat aku tak lama tinggal di Bandung, coba kita ketemu dari dulu pas aku sempat
lama tugas di Bandung”.
MEILI YING
“Bukankah dulu kita pernah bertemu
Gas? (suara pelan)
BAGASKARA
Hah? Apa sayang? Pernah
bertemu?
MEILI YING
“ah, maaf aku salah ngomong
Gas aku ngelamun”.
(Meili kaget mendengar suara
Bagaskara meninggi)
“Oh iya tak apa-apa gas, kan
kita masih ada waktu sebulan sebelum kamu pergi”.
BAGASKARA
“Kamu ngantuk ya sayang?
Kamu tidur aja gih. Lagian kamu ngelamunin apaan si ampe gitu? sebulan itu
sebentar lagi tahu, aku ga ngebayangin kalau nanti ga ketemu kamu lagi”.
MEILI YING
“Husss ah jangan ngomong
gitu, kita masih bisa video call, skype dan lain-lainkan? Kalau kita sudah
gajian dan ada libur panjangkan, kamu bisa kesini temui aku ya? Aku mulai
ngantuk ni Gas”
BAGASKARA
“Iya, kamu jangan sedih ya.
Aku nanti kembali lagi ko buat kamu”.
MEILI YING
“Iya, aku tunggu kamu Gas”.
BAGASKARA
“Yasudah yuk kita tidur,
sampai ketemu besok. Pukul 06:00 aku jemput ya. Dandan yang cantik. I love you”
MEILI YING
“I love you too, good night Bagas”
CUT TO CUT
SC. 24. EXT.
Jalan. 27 hari kemudian. Bagaskara, Meili Ying dan
Firman
Saat
Bagaskara sedang asik menyetir sambil mendengarkan lagu kesukaannya. Tiba-tiba
Bagaskara mendadak menginjak rem mobilnya. Ia kaget melihat Meili Ying berada
di dalam mobil merah mencolok yang sepertinya Bagaskara tahu itu mobil siapa.
Sambil mengikuti mobil yang berada di depannya tersebut iya pun akhirnya ingat,
bahwa itu adalah mobil mantannya Meili Ying. Hati Bagaskara mulai panas dan tak
karuan, ia mencoba membuntuti Meili Ying yang terlihat sedang asik mengobrol
dengan lelaki yang duduk di sebelahnya itu.
BAGASKARA
“Akan ku ikuti kalian,
kemana pun kalian pergi”.
Dering
telepon Bagaskara terus saja berbunyi, Bagaskara mencoba tak menghiraukan handphonenya yang terus berdering. Ia
fokus mengikuti mobil di depannya itu. Tiba-tiba Ia ingat, bahwa seharusnya ia
pergi ke kantor karena komandan Agus sedang menunggunya. Akhirnya dengan
terpaksa Bagaskara berbalik arah menuju kantornya.
CUT TO CUT
SC. 25. INT. Kantor.
Bagaskara dan Agus
Setibanya
di kantor, Bagaskara langsung menemui komandan Agus. Ia di perintahkan untuk
mengurusi surat-surat pemindahannya segera.
AGUS
“Bagaskara lama kali kau”.
BAGASKARA
“Siap komandan, mohon maaf
tadi perjalanan macet”.
AGUS
“Cepat sana selesaikan semua
persyaratan pemindahanmu. Berkas-berkasnya segera isi. Setelah itu kau langsung
temui saya lagi. Saya butuh bantuanmu”.
BAGASKARA
“Siap Komandan”
Dengan
hati yang tak karuan, Bagaskara pun mengisi semua berkas-berkas data yang harus
ia isi dan menyelesaikan administrasi pemindahan tugasnya ke Medan. Di dalam hati ia berkata
VOICE OVER
BAGASKARA
“Sampai hati kau Mei,
bermain di belakangku saat aku akan segera pergi”.
Sambil
melamun Bagas ingat pertama kali ia mencoba mendekati Meili Ying.
CUT TO CUT
SC. 26. EXT. Di dalam Mobil.
Sore. Bagaskara dan Meili Ying
FLASH BACK
Di perjalanan
menuju pulang Meili Ying berkata,
MEILI YING
CLOSE UP “Bagaskara, can you help me? (Meili
terlihat sedih)”
BAGASKARA
“Ya mba? (Bagaskara khawatir
terhadap keadaan Meili yang terlihat sedih)”
MEILI YING
“Bisa gak ganti channel
radionya! ini ko lagunya galau semua ya? Aku jadi makin sedih ni”.
BAGASKARA
“(Senyum tipis lalu
mematikan radio tersebut)”
MEILI YING
“Ko dimatiin si Gas, aku kan
minta di pindahkan saja”.
BAGASKARA
“Ya mba lebih baik di
matikan saja”.
MEILI YING
“Jangan manggil mba lagi
dong Gas, usia kita kan ga beda jauh. Emang aku tua banget ya Gas keliatannya?”
BAGASKARA
“Hanya tersenyum merasa lucu
melihat muka Meili Ying memerah”
MEILI YING
“Aku sedih (sambil menangis
dan meneteskan air mata)”
BAGASKARA
“Eh mba, eh mba Mei jangan
nangis”
MEILI YING
“Ga usah pake mba lagi, Mei
aja!”
BAGASKARA
“Ya Mei, kenapa nangis? Mau
kita berenti dulu. Mbak mei mau jalan-jalan dulu? Atau mau makan dulu? Yuk kita
makan”.
“(Bagaskara berusaha mencari
cara agar Meili Ying berhenti menangis)”
Saat
sedang menangis tiba-tiba hp Meili Ying berdering,
BAGASKARA
“Mba sepertinya ada telepon.
Kenapa ga diangkat?”
MEILI YING
“Tolong angkat teleponnya
gas!”
BAGASKARA
“Hallo, selamat sore?”
Tiba-tiba
orang yang menelpon tersebut memarahi,
ANTONIO
“Hei siapa kamu? kenapa kamu
yang mengangkat teleponnya? mana Meili?”
BAGASKARA
“Mba, ini ko dia marah-marah
ya?
(sambil menjauhkan hp dari telinganya)”.
MEILI YING
“Itu pasti Antonio. Bilang
saja kau pacarku!”
BAGASKARA
“Hah? Apa mba?”
MEILI YING
“Cepat bilang! Setelah itu
langsung tutup saja teleponnya”.
BAGASKARA
“Tapi mba?”
“(akhirnya Bagaskara menuruti apa yang
dikatakan Meili Ying)”
Saya pacarnya mba Mei, ada
perlu apa?
ANTONIO
“You are crazy, jangan coba-coba rebut
Meili dari saya. Siapa kamu, dimana kamu sekarang?”
Bagaskara
langsung menutup teleponnya dan segera memberikan hand phone tersebut pada Meili Ying
MEILI YING
“Gas, sorry ya. Kamu jadi
ikut-ikutan, dia itu mantanku dari Beijing. Dia mengikutiku sampai ke Indonesia,
karena Ibunya orang Indonesia jadi dia punya banyak sanak saudara di sini. Kau
ingat gas? Seminggu lalu, waktu aku memintamu untuk tak menjemputku?”
BAGASKARA
“Ya mba saya ingat”
MEILI YING
“Sebenarnya saya sudah tahu
waktu itu kamu mengikuti aku dan Antonio aku melihat mobilmu dari kaca sepion.
Aku senang kau mengikutiku, karena sebenarnya aku takut berduaan dengannya Gas.
Dua tahun lalu aku menjalin hubungan dengan dia. Namun setelah setahun
berpacaran, sikap asli dia mulai ketahuan, dia tiba-tiba menjadi tempramental
tiap kali aku salah. Sampai dulu Ibuku pernah memergoki saat rambutku sedang
dijambak oleh Antonio”.
BAGASKARA
“Maksud mba? Dia suka?”
MEILI YING
FLASH BACK
“Ya, dia suka memukulku tiap
kali dia marah. Awalnya aku berpikir mungkin dia hanya khilaf karena terbawa
emosi saja. Tapi ternyata tidak, setelah aku mencari tahu tentang dia pada teman-temannya,
ada salah satu temannya yang bercerita padaku jika Antonio ternyata memiliki
sebuah penyakit yang tak bisa aku ceritakan pada siapapun termasuk kamu Gas. Aku
mencoba terus menghindarinya tapi dia tetap mengejarku. Sebelum almarhum Ibuku
meninggal, dia mewasiatkan padaku agar pindah ke Indonesia segera. Selain untuk
tinggal dengan Ayah, juga sekaligus untuk menghindari dia”.
(Meili bercerita sambil
menangis)
BAGASKARA
“Sudah mba jangan menangis
lagi. Mulai besok, jika dia menghubungi biar saja aku yang angkat. Boleh saya save nomor mba?”
Bagaskara
pun akhirnya memiliki nomor hand phone
Meili Ying. Setiap hari Bagaskara mengirimkan sms atau menelpon Meili. Mereka
pun setiap hari bertemu, sampai pada akhirnya Bagaskara menyatakan cintanya
pada Meili Ying di perjalanan pulang ke rumah Meili Ying di hari ulang tahun
Bagas yang ke 24.
BAGASKARA
“Mei, sudah dua bulan lebih
kita saling mengenal. Setiap hari aku jemput kamu pulang pergi ke tempat kerja.
Apa kamu merasakan ada sesuatu diantara kita?”
MEILI YING
“Maksud kamu Gas?”
BAGASKARA
“Tiba-tiba Bagaskara
berhenti tepat di depan toko kue”.
“(tanpa di rencanakan)”
MEILI YING
“Kenapa kamu berenti Gas?”
BAGASKARA
“Hari ini ulang tahunku Mei,
biasanya setiap kali ada yang ulang tahun di keluargaku. Aku bersama keluarga
pasti pergi ke resto solo di Medan dan makan besar bersama Ayah, ibu dan
adik-adikku”.
Meili
Ying masih heran, tak menyangka orang yang selama ini dianggapnya kuat dan
mandiri. Ternyata saat ia ingat keluarganya, ia bisa memasang muka sesedih itu.
Meili Ying teringat saat ia pernah menangis di mobil dulu pada saat pertama
kali bercerita tentang Antonio pada
Bagas.
MEILI YING
VOICE OVER
“Mungkin ini yang dirasakan
Bagaskara pada saat dia mendengarkan curhatanku saat itu”.
MEILI YING
“Tunggu dulu ya, jangan
pergi. Kamu parkirkan saja mobilnya di depan toko kue. Aku lapar, sepertinya
kue itu enak”.
“(sambil membuka pintu mobil
dan Meili Ying pun bergegas masuk ke toko kue)”
SLOW MOTION
Tiba-tiba
tak lama setelah itu, saat Bagaskara sedang melamun di dalam mobil. Bagas
melihat seorang wanita cantik berambut hitam, berkulit putih dengan menggunakan
switter biru, rok span hitam berjalan menghampiri mobilnya dengan membawa kue
berbentuk hati dan lilin yang berbinar-binar diatasnya. Bagaskara pun turun dari mobil dengan wajah
terharu dan mata berkaca-kaca.
MEILI YING
“Happy Birth
day to you, happy birth day to you, happy birth day to Bagas, Happy Birth day to you (sambil bernyanyi)”.
“Ayo tiup lilinnya, eh eh
jangan dulu. Make a wish dulu dong!”
BAGASKARA
“(Menarik nafas panjang)”
“Mei kamu mau jadi pacarku?”
VOICE
OVER (Jantung Bagaskara
berdegup kencang)
Meili
Ying memasang wajah heran dan kaget.
MEILI YING
“Bagas, aku memintamu untuk
membuat harapan (berdoa) sebelum meniup lilin ulang tahunmu. Bukan untuk
mengatakan”.
“(Meili tidak melanjutkan perkataannya)”
BAGASKARA
“Itu harapanku sekarang Mei,
aku ingin kau menjadi pacarku. Jawab Mei! Maaf aku mengatakan ini begitu cepat.
Aku tahu kita belum lama saling mengenal. Tapi perasaanku tak bisa di bohongi
kalau selama ini aku suka kamu Mei”.
MEILI YING
“Aku, a....ku, emmmhhh kamu
serius?”
BAGASKARA
“(Bagaskara hanya mengangguk
dan berharap Meili Ying menerima cintanya)”
MEILI YING
(dengan yakin dan nada
biacar yang tegas Meili menjawab)
“Aku mau gas jadi pacar kamu”
“(Meili tersenyum tanda
bahagia)”
BAGASKARA
“Yes”
“(sambil tersenyum bahagia
lalu ia meniup lilin di kue ulang tahun)”.
CUT TO CUT
SC. 27. Kantor Bagaskara.
Sore. Meili Ying dan Bagaskara
Setelah
menyelesaikan semua administrasi pemindahannya. Bagaskara pun segera menelpon
Meili Ying.
SOUND EFFECT/ AUDIO MIXING
“Suara nada telepon tersambung”
MEILI YING
“Hallo, Bagas kamu dimana?”
BAGASKARA
“Pukul 19.00 aku jemput
langsung depan rumah”.
MEILI YING
“(Heran mendengar nada suara
Bagaskara tak seperti biasanya)”
“Emm, emangnya kita mau
kemana?”
BAGASKARA
“Nanti aku tunjukan. Kamu
dandan yang cantik seperti biasa ya. Hari ini kamu kemana aja?”
MEILI YING
“Aku di rumah aja seharian
Gas, kamu?”
BAGASKARA
“Oh bagus kalau gitu, aku
hanya ke kantor saja mengurusi berkas-berkas pemindahanku”
“(Bagaskara merasa kecewa
karena Meili Ying tidak jujur kepadanya)”
MEILI YING
“Gas, aku akan sangat
merindukanmu nanti, kau cepatlah pulang. Jangan pernah lupakan lagi kenangan
kita”.
BAGASKARA
“Aku tak pernah melupakanmu
Mei. Mengapa kau bicara seperti itu”?
MEILI YING
“Yasudah, Ayah memanggilku
Gas. Pukul 19.00 aku tunggu ya”.
CUT TO CUT
SC. 28. INT. Kafe. Bagaskara
dan Meili Ying
Pukul
19.00 Bagaskata telah menjemput kekasihnya Meili Ying. Seorang wanita berdarah
Sunda Cina yang seringkali membuat Bagaskara tertawa sendiri bila teringat tingkahnya.
Meili Ying terlihat sangat cantik hari ini, mini dress putih yang dikenakannya
membuatnya sangat Anggun. Bagaskara pun tak terlihat seperti biasanya, kali ini
Bagaskara tak mengenakan seragam biru TNI AU yang biasa iya kenakan bila
bertemu Meili Ying. Bagaskara mengenakan celana jeans dan kemeja putih, dengan
jam tangan dan sepatu yang sangat Mecing.
BAGASKARA
“Bukan kah kita pasangan
yang serasi Mei?”
MEILI YING
“(Tersenyum simpul, seolah
setuju dengan apa yang dikatakan Bagaskara)”
BAGASKARA
“Baju itu sangat cantik
dipakai olehmu Mei”.
MEILI YING
“Kau pun sangat tampan
memakai kemeja itu lagi”.
BAGASKARA
“apa? Sebelumnya aku tak
pernah memakai kemeja ini di depanmu Mei”.
MEILI YING
“Mmm, (berpikir untuk mencoba
mengalihkan pembicaraan)”
“Kita belum pesan makanan
Gas? Kamu mau makan apa?”
BAGASKARA
“Nanti juga sebentar lagi
pelayan datang mengantarkan makanan”.
MEILI YING
“Kafe ini memang sangat
romantis ya Gas. Aku betah kalau sudah di kafe ini”.
BAGASKARA
“Aku pun betah tinggal di
sini, tapi sayang. Waktuku di sini tinggal hari ini. Besok aku akan berangkat
Mei?”
MEILI YING
“Ko besok si Gas, bukannya
lusa kau baru pergi?”
BAGASKARA
“Orang tuaku memintaku
pulang cepat, agar sebelum tugas kembali aku bisa tinggal di rumah beberapa
hari. Entah apa maksudnya, Ibu bilang harus periksa kesehatanku. Padahal aku
kan baik-baik saja”.
MEILI YING
“Kamu ikuti saja kemauan
Ibumu Gas, mereka mungkin hanya khawatir dengan kondisi fisik kamu. Kamu kan
TNI angkatan udara. Kamu juga sering sekali latihan terjun payung. Itukan
mengerikan sekali”.
BAGASKARA
“Ya memang, ibuku selalu
menganggapku seperti anak kecil”.
MEILI YING
“Yee, makan malam datang,
wahhh ini kan makanan kesukaanku Gas, ko kamu ingat si?”
BAGASKARA
“Jelaslah aku ingat, kan aku
belum kakek-kakek Mei”.
MEILI YING
“Ayo Gas kita makan dulu,
aku ngiler ni. Liat makanan seenak ini”.
BAGASKARA
“Mei ada yang ingin aku
tanyakan padamu”.
MEILI YING
“Mmm ya Gas?”
“(perasaan was-was)”
BAGASKARA
“Apapun yang terjadi pada
hari ini. Sesungguhnya aku tak akan terlalu memperdulikannya. Aku pun ingin
kamu mengatakan yang sejujurnya. Hari ini kamu kemana saja?”
MEILI YING
“Aku tak kemana-kemana Gas,
jadwal mengajar ku hari ini kosong, kau pun tahu itu”.
BAGASKARA
“Sungguh?”
“(berharap Meili berkata
yang sejujurnya)”
MEILI YING
“Ayo Gas kita makan dulu,
baru bicara lagi”.
“(Meili berusaha menghindari
pertanyaan Bagaskara)”
BAGASKARA
“Tadi siang aku berniat
pergi ke kantor. Aku melihatmu bersama dengan lelaki di dalam mobil yang tepat
berada di depan mobilku. Aku tak sempat mengikuti kalian sampai jauh. Karena
aku harus ke kantor. Sekarang aku tanya, mengapa kau bertemu dengan dia lagi?”
MEILI YING
“Mungkin kamu salah liat Gas”.
“(Meili berbohong, sehingga terlihat
sangat gugup)”
BAGASKARA
“(tingkah Meili sungguh
membuat Bagaskara semakin curiga)”
“Tak mungkin aku salah
lihat, jelas yang ku lihat adalah kekasihku. Meili Ying perempuan yang sangat
aku cintai. Perempuan yang akan segera aku tinggalkan karena tugasku, perempuan
yang akan sangat aku rindukan nantinya, dan perempuan yang akan aku lamar hari
ini juga”.
MEILI YING
“(Kaget dan kemudian
meneteskan air mata, mendengar nada bicara Bagaskara yang naik turun dan terdengar
sangat berat seperti tengah mengeluarkan segala isi pikirannya dari lubuk hati
yang paling dalam)”.
“Bagas (sambil meraih tangan
Bagas, lalu memegangnya diatas meja), aku sangat-sangat menyayangimu,
berhentilah seperti ini Bagas”
BAGASKARA
“(Dengan mata yang
berkaca-kaca)”
“Aku telah membeli ini
seminggu lalu”.
(sambil mengeluarkan kotak
kecil dari sakunya yang berisi cincin)”.
“Aku ingin kau yang memakai
cincin ini! Apapun yang terjadi hari ini aku memaafkannya dan akan
melupakannya. Aku percaya padamu dan aku tak bisa membiarkanmu nanti direbut
oleh lelaki lain. Karena cintaku kini telah sepenuhnya ku berikan padamu. Will you marry me, Meili Ying?”
“(Bagaskara menatap mata
Meili Ying sambil menyodorkan cincin pada Meili Ying)”
MEILI YING
“Bagaskara”
“(sambil kembali meraih tangan Bagas dan
kemudian memegangnya dengan sangat erat)”
“Bagas, apa kau tak ingat? Bagas apa kamu
benar-benar telah lupa?”
“(air mata Meili mulai bercucuran)”
“Semuanya kini telah berbeda Gas. Kau harus segera pulang dan menemui Dilla, dia
menunggumu pulang”.
BAGASKARA
“(Bagaskara meletakan cincin
di atas meja dan kemudian memegang tangan Meili dengan kedua tangannya)”
“Meili dengar, Dilla itu
hanya mantan pacarku sewaktu SMA. Dan sekarang kaulah yang aku cintai dan aku
ingin menjadikan kamu istri yang akan menemaniku seumur hidup”.
MEILI YING
“Tapi Dilla itu istrimu Gas”
“(sambil menangis lalu melepaskan genggaman
tangan Bagas dari tangannya)”
BAGASKARA
“Apa maksudmu sayang?”
MEILI YING
“Bagas, semua yang telah
kita lewati ini tak lagi sama dengan dulu. Aku hanya berpura-pura menjadi
kekasihmu lagi. Aku tak ingin mengatakannya tapi kau harus ingat Bagas. Aku tak
mau menyakiti Dilla”.
BAGASKARA
“Apa maksudmu Mei? aku tak
mengerti (Bagas mulai berpikir mengapa Meili Ying mengatakan sesuatu yang
sangat tidak masuk akal)”.
MEILI YING
“Kecelakaan itu membuat kau
melupakan aku tiga tahun lalu. Itu juga sebabnya setiap kali kau telah terjun
payung ibumu selalu memintamu untuk periksa keadaanmu ke dokter. Karena Ibumu
pasti sangat khawatir semua ingatanmu akan hilang. Kau sama sekali tak mengenaliku, bahkan saat
aku dekati kau saat itu, kau memintaku menjauh darimu. Sampai-sampai orang
tuamu meminta untukku benar-benar menjauhimu sementara waktu sampai kau sembuh.
Aku pun pindah ke Beijing dan tinggal bersama Ibuku. Walau pun berat sekali
rasanya saat meninggalkanmu saat itu Gas. Tapi aku tak bisa menghindari semua
kenyatan yang telah terjad saat itu.”
BAGASKARA
“Apa yang kau katakan Meili
Ying, aku ingat kau jelas. Inilah yang benar-benar terjadi sekarang”.
“(Bagaskara merasakan kepalanya cenat-cenut
dan pusing)”
MEILI YING
“Tapi saat itu yang kau
ingat adalah Dilla. Kau sama sekali tak ingat aku Gas. Aku pun berpikir mungkin
aku tak terlalu berarti bagimu. Dan dokterpun menyarankan aku agar tak
memaksakan ingatanmu akan diriku”.
BAGASKARA
“Tak mungkin Mei aku
melupakanmu, dan tak mungkin aku telah menikah dengan Dilla. Aku tak mungkin
sebodoh itu dan kehilangan ingatanku”.
MEILI YING
“Aku pun tak mengertiapa yang
terjadi denganmu saat itu Gas. Aku hanya mendengar kau telah menikah dengan
Dilla setahun setelah kau kecelakaan itu. Aku mencoba menerimanya saat itu. Dan
aku pun tak mungkin lagi mengharapkanmu yang telah menjadi suami wanita lain”.
BAGASKARA
“Tapi, aku mencintaimu Meili
Ying kau tahu itu sekarang. Tiba-tiba kepalaku sakit Mei”.
MEILI YING
“Kau harus ke dokter Gas,
ayo kita pulang!”
BAGASKARA
“Tidak Mei, kita selesaikan
dulu ini. Aku ingin tahu ceritamu selama di Beijing. Aku masih tak mengerti
semua ini”.
MEILI YING
“Dan aku pun memutuskan
untuk mulai membuka hatiku untuk pria lain”.
BAGASKARA
“Antonio? Maksudmu, kau
pergi kembali pada Antonio lelaki tempramental itu? kenapa kau mau dengan dia
Mei?”
MEILI YING
“Bukan gas, bukan Antonio
suamiku sekarang”.
BAGASKARA
“Apa?”
(Bagaskara kaget mendengar apa yang dikatakan
Meili Ying)
“Aku tak mengerti dengan
semua yang kau katakan, sudah hentikan Mei kau jangan mengada-ngada. Jika kau
tak ingin bersamaku aku tak akan memaksamu, tapi aku mohon janganlah kamu
membuat cerita bohong seperti ini. Jelas aku ingat sebelum kita pacaran kau
menceritakan Antonio kekasihmu yang tempramental itu. Dan kemarin aku lihat
lelaki yang bersamu itu pasti Antonio”.
MEILI YING
“Bukan Gas, lelaki yang kau
lihat itu bukan Antonio. Dia suamiku mas Firman”.
BAGASKARA
“Lalu mana cincin
pernikahanmu? Kau becandakan Mei? Kau bahkan tak memakai cincin”.
MEILI YING
“Aku harus melakukan ini,
karena aku diminta oleh orang tuamu untuk merahasiakannya dulu darimu, sampai
kau ingat semuanya. Aku pun tak mengerti mengapa kau secara tiba-tiba kembali
mengingatku dan kemudian melupakan Dilla. Aku sempat berpikir mungkin ini hanya
ulahmu saja. Tapi ternyata kau benar-benar telah melupakannya. Semua yang kita
lalui beberapa waktu selama di Bandung ini hanyalah”
“(ucapan Meili Ying terpotong oleh Bagaskara)”
BAGASKARA
“Sudah cukup sandiwara ini
Meili Ying, aku percaya kau akan menerima lamaranku”.
“(sambil memegang cincin
yang akan di berikan kepada Meili Ying)”
MEILI YING
“Aku tak bisa Gas. Meskipun
semua yang kita lalui ini hanyalah sementara, tapi aku bahagia bertemu denganmu
lagi. Aku bahagia ternyata kau ingat semua tentang kita. Apa yang kau ingat
tentang kenangan kita saat kau ulang tahun dan pertama kali menyatakan cintamu
padaku itu adalah dulu. Itu tak terjadi sekarag Gas”.
BAGASKARA
“Lalu saat kita menonton kau
marah ketika Dilla menghubungiku? Apa itu juga sandiwaramu?”
MEILI YING
“Aku memang selama ini
berpura-pura menjadi kekasihmu lagi seperti dulu, demi kesehatanmu. Tapi aku
pun tak bisa memungkiri saat itu aku benar-benar masih cemburu pada Dilla. Tapi
sekarang cinta bukanlah hal yang terpenting lagi dalam hidupku, meskipun ini
membuatku terkadang menyesal. Tapi semuanya telah terlanjur terjadi. Dan aku
tak mau menyakiti mas Firman dan Dilla, karena mereka tak mempunyai kesalahan
apapun dalam hal ini. Tuhan telah menakdirkan kita seperti ini. Bagas ingat dan
sembuhlah! Aku akan selalu menyimpan semua kenangan kita dalam memori. Aku
ikhlas kau bersama Dilla, dan kau pun ikhlaskan aku bersama mas Firman. Mereka
mencintai kita seperti kita saling mencintai. Mereka bahkan rela membiarkan
kita berdua dalam beberapa bulan ini demi kesembuhanmu.
BAGASKARA
“Apa aku memang sebodoh
itu?”
“(terus memegang kepala yang
mulai terasa berat dan kemudian Bagaskara pingsan)”
MEILI YING
“Bagas, bangun! tolong-tolong”
(berteriak meminta bantuan
pelayan agar menggotong Bagas ke Mobil).
SC.28. INT. Rumah Sakit.
Malam. Bagaskara, Meili Ying dan Dokter Angga
MEILI YING
“Gimana keadaan Bagaskara
dok?”
ANGGA
“Saudara Bagaskara masih
belum sadar, berdoa saja semoga keadaannya tak memburuk. Apa dia pernah mengalami
kecelakaan sebelumnya Bu?
MEILI YING
“Ya, dok pernah”.
DOKTER ANGGA
“Apa Ibu istrinya?”
MEILI YING
“Iya dok”.
“(perasaan Meili sungguh tak
karuan, ia sangat khawatir dengan keadaan Bagaskra, ia sangat kecewa karena
telah menceritakan semuanya pada Bagaskara)”
DOKTER ANGGA
“Setelah saya periksa
sepertinya Bapak Bagaskara ini pernah mengalami benturan yang sangat keras pada
kepalanya. Apakah dia pernah tak mengingat sebagian memorinya?”
MEILI YING
“Iya dok, bahkan sampai hari
ini ingatannya masih belum kembali”.
DOKTER ANGGA
“Kali ini Ibu tak usah
khawatir, ketika suami ibu tersadar nanti, dia akan kembali normal dan
mengingat semuanya kembali. Ibu patut bersyukur karena Tuhan memberikan
kesembuhan suami ibu. Sepertinya suami Ibu telah berjuang untuk mengingat
semuanya kembali selama ini”.
MEILI YING
“Syukurlah, Ya Tuhanku
terima kasih”.
“(sambil menutup muka dengan kedua tangannya)”
DOKTER ANGGA
“Setelah sadar, Ibu
diperbolehkan membawa suami Ibu pulang”.
MEILI YING
“Terima kasih”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar