Minggu, 20 Desember 2015

Skenario

“MEILI DAN BAGASKARA”
Oleh Widya Nurul Rahma

Sc. 1 EXT. Bandara. 15.00. Meili Ying dan Rina Xioling
FADE IN
CLOSE UP (wajah Meili Ying)
VERY LONG SHOT
Angin mengibaskan rambut Meili Ying kala pesawat dari Bandara Beijing Capital berhasil mendaratkan rodanya di Indonesia. Tanah kelahiran Meili yang tak disangka akan menjadi tanah tempat tinggalnya lagi setelah lebih bertahun-tahun ia menjadi warga negara Beijing China.

RINA XIOLING:
 “Permisi!”

MEILI YING
 “Sorry”
(sambil menggerakan kakinya ke arah kiri dan memberi celah lebih luas untuk perempuan muda berambut pendek dengan tato kupu-kupu biru di bagian leher belakang)”
HIGH ANGLE Rina Xioling
MEILI YING
VOICE OVER
“Anak muda Indonesia zaman sekarang seperti itu,      berbeda sekali denganku, apakah aku bisa tinggal di Indonesia lagi?

LONG SHOT
Tapi sepertinya dia salah satu aktris di Indonesia (melihat wanita tersebut di kejar-kejar banyak wartawan)”
SOUND EFFECT. Suara mesin pesawat
CUT TO CUT

Sc. 2 INT. Bandara. Sore. Bagaskara, Meili Ying dan Safarudin Sitorus
SWISH PAN
Bagaskara dan sahabat seperjuangannya Safarudin Sitorus atau biasa dipanggil safar mencari ke arah kanan dan kiri berusaha untuk menemukan orang yang memakai seragam TNI AU yang telah menunggu mereka dari pukul 14:00 ujarnya lewat sms yang dikirimkan pada nomor ponsel Bagaskara. Tiba-tiba terlintas dalam benak Bagaskara untuk menanyakan letak ruang tunggu di Bandara pada wanita berambut hitam lurus sebahu yang menggerek koper besar berwarna hijau lemon yang baru saja berjalan melewatinya. Namun tiba-tiba wanita itu  berbalik rah seperti akan menghampiri Bagaskara. Bagaskara pun mulai berjalan lurus ke arah wanita itu.
BAGASKARA
“maaf, saya....”

MEILI YING
“Permisi saya mau tanya”

BAGASKARA
 “ia mba ada apa?”

MEILI YING
 “saya mau nanya pak, teman saya sedang menunggu saya di Bandara ini, saya harus ke arah mana ya pak untuk menuju teman saya. Ujarnya dia berada di tempat orang biasa menunggu kedatangan kerabatnya yang mau keluar dari Bandara ini”.
“(Meili Ying mengira bahwa ia sedang bertanya kepada petugas Bandara)”.
BAGASKARA
“oh ya, mba bisa ke arah kiri terus ikuti saja orang-orang itu. Mereka pun akan ke arah yang sama dengan mba (berpikir keras agar tidak terlihat bahwa ia pun tidak tahu).
MEILI YING
“oh iya pak, terima kasih, xie xie”
(Meili berbalik badan kemudian menuju kearah yang telah ditunjukan Bagaskara yang disangka pertugas Bandara olehnya)”.

BAGASKARA
“sepertinya perempuan itu mengira kita adalah petugas Bandara far, haha lucu sekali wanita itu. Sepertinya dia keturunan Thionghoa, dia menggunakan bahasa Mandarin saat mengucapkan terima kasih”.

SAFARUDIN SITORUS
“Dasar kau hidung belang, tahu saja mana yang cantik. Lah, ko situ tahu itu bahasa Mandarin, situ pernah tinggal di Hongkong toh?”

BAGASKARA
“Hah iya ya, bingung aku juga Far. ko tahu ya saya xie xie itu artinya terima kasih”.

SAFARUDIN SITORUS
“sudah tak usah dipikirkan, komandan sudah menunggu. Ayo kita ikuti saja wanita cantik itu, siapa tahu berjodoh”

SOUND EFFECT: AMBIENCE (Suara yang berasal dari berbagai kegiatan yang terjadi di dalam Bandara).
CUT TO CUT


Sc.3 INT. Bandara. Sore
RUNNING SHOT
Tanpa berpikir panjang, Bagaskara dan Safar pun mengikuti wanita asing yang telah tertipu tersebut. Berharap dapat menemukan orang yang mereka cari secara secara bersamaan.
SWISH SHOT
Di lihatnya oleh Bagaskara wanita itu berhenti sambil mengarahkan telunjuknya ke kanan dan ke kiri, lalu menoleh ke belakang yang membuat Bagaskara seketika menghentikan langkah kakinya. Karena takut wanita tersebut sadar bahwa ia dan Safar sedang mengikutinya.

SOUND EFFECT: AMBIENCE (Suara yang berasal dari berbagai kegiatan yang terjadi di dalam Bandara).

CUT TO CUT
Sc. 4 INT. Bandara. Sore
RUNNING SHOT
Meili Ying kembali melangkahkan kakinya, berusaha menemukan paman Agus, yang lama sudah tak ia temui. Meili Ying merasa takut tak bisa mengenali pamannya tersebut. Namun ia sangat ingat, bahwa wajah pamannya tak jauh beda dengan Ayahnya. Hanya saja pamannya tersebut berbadan lebih tinggi dari Ayahnya.
MEILI YING
“Oh my God, hp ku mati lagi. Paman, dimana kau? Akan ku temukan kau kembaran Ayah”.
 “(sambil menarik koper, lalu bergegas mencari kembali).

SOUND EFFECT: TONE TRACK (Suara yang berasal dari berbagai kegiatan yang terjadi di dalam Bandara).
CUT TO CUT


Sc.5. INT. Bandara. Sore.
RUNNING SHOT
Meili Ying berjalan tergesa-gesa, ia tak mau petugas Bandara yang ia tanya tersebut mengikutinya terus. Ia sesekali menoleh kebelakang, memastikan jarak antara ia dan kedua lelaki jangkung berseragam tersebut cukup jauh. Tetapi karena ia tak yakin akan menemukan pamannya dengan terus berjalan lurus, ia pun menghentikan langkahnya, berharap kedua petugas tersebut melewatinya dan ia bisa menegur mereka dan kembali bertanya.

SLOW MOTION (pengambilan gambar pada saat Bagaskara dan Safar berjalan)
CUT TO CUT

Sc.6. INT. Rumah Ayah Meili Ying. Malam
TWO SHOT
DEDI EFENDI (AYAH MEILI YING)
“Nak, mulai besok kau sudah bisa ikut mengajar di Sekolah tinggi tempat tante Indri bekerja. Ayah sudah bicarakan hal ini pada tantemu itu seminggu lalu. Ayah sudah ceritakan riwayat pendidikanmu. Katanya kau bisa mengajar di kelas jurusan bahasa Mandarin pada mahasiswanya. Kebetulan salah satu dosen bahasa Mandarin ada yang pindah keluar negeri. Besok pagi kau bersiap ya, ayah tak mau kau terlambat”.
 “(sambil menatap Meili Ying, putri satu-satunya itu).

MEILI YING
“Ya pak, besok pagi Memei akan bangun pagi. Alamat sekolah tingginya Ayah tahu?”

DEDI EFENDI
“Ini nak alamatnya”.
 “(sambil menyodorkan secarik kertas bertuliskan alamat kampus yang akan menjadi tempat mengajar Meili Ying).
MEILI YING
“Besok mungkin Meili akan naik taksi saja, karena Memei belum hapal jalan dan tata tertib lalu lintas di sini. Kunci mobil nanti Memei simpan di atas meja kamarku ya Yah”.

DEDI EFENDI
“Kau simpan saja kunci mobilnya. Ayah sudah tak mampu menyetir lagi. Tak perlu Ayah itu mobilmu Memei. Mobil itu khusus Ayah beli untukmu, jadi jaga baik-baik ya”
 “(Sambil mengusap-ngusap rambut Meili yang sedang duduk dilantai dan menyandarkan kepalanya di kedua kaki Dedi Efendi yang sedang duduk di kursi roda)”.

MEILI YING
“Ayah tak boleh bicara seperti itu, ayah memang sudah tua hihi.
Tapi bukan berarti Ayah tak akan sembuh. Aku percaya Ayah pasti sembuh”. Setelah sembuh nanti kita akan pergi ke Beijing ya, ke makan Ibu”.
 (Meili memberikan senyuman kepada Ayahnya dan kemudian merangkul Ayahnya)”.

DEDI EFENDI
“Besok kau akan di jemput oleh paman Agus. Kebetulan setiap hari ia melewati kampus tersebut. Kau bisa ikut dengannya. Naik taksi tanpa tahu jalan, rawan kejahatan. Ayah tak mau kau kenapa-kenapa. Bila kau dengan pamanmu, Ayah takkan khawatir, pamanmu itu kan komandan yang gagah berani”.

MEILI YING
“Ayah ah, suka berlebihan. Aku kan bisa pergi sendiri naik taksi. Dari Beijing saja ke Indonesia Memei berani”.

DEDI EFENDI
“Ya kalau ada yang lebih aman dan terjangkau apa salahnya kita gunakan. Lagian kau dengan pamanmu sendiri”.

MEILI YING
“Ya Dedi. Sekarang sudah malam. Yuk, aku antar Ayah ke kamar, waktunya tidur”.
DEDI EFENDI
“Dasar anak pintar (sambil sedikit tertawa pelan). Panggilkan simbo dan minta simbo siapkan obat dan air minum untuk Ayah”.
CUT TO CUT

Sc.7. INT. Kamar Meili. Tengah Malam
CLOSE UP
Sambil menatapi foto mendiang ibunya, Meili meneteskan air mata.
MEILI YING
“Bu, andai ibu bisa melihat Ayah kini, ibu pasti akan sangat bahagia jika ibu tahu kini Ayah sudah berubah menjadi Ayah yang sangat baik. Aku sangat merindukan Ibu. Semoga Ibu bahagia di surga sana. Doakan anakmu ini bu. Besok Meili mulai mengajar. Meili harus banyak beradaptasi dengan orang-orang di Indonesia Bu. Doakan Meili agar tak canggung menghadapi para mahasiswa nanti. Meili sangat senang bisa mengajarkan bahasa Indonesia pada para mahasiswa dari Tiongkok, dan mengajarkan bahasa Mandarin pada mhasiswa Indonesia”.
“(Meili mematikan lampu kamar)”.
CUT TO CUT
Sc. 8. EXT. Depan Pagar Rumah. Pagi 06.00. Cuaca dingin berangin sehabis hujan semalam.

MEILI YING
“Mana lagi si paman, ah lagi-lagi dengan paman Bandara itu”.
“(Meili kesal sudah menunggu 30 menit di luar, pamannya tak kunjung datang)”
Lima menit kemudian.
Tiiiiid, tiiiiid (suara klakson mobil terdengar mengarah pada Meili). Kemudian tepat di depan Meili mobil itu berhenti. Meili serentak langsung menaiki mobil  yang tak asing lagi dimatanya, karena sewaktu pamannya menjemput ia di Bandara, mobil itu pulalah yang digunakan pamannya untuk menjemput Meili.


Sc. 9. EXT. Di dalam mobil perjalanan menuju kampus. Pagi. Meili dan Bagaskara
Meili menutup pintu mobil. Kemudian berkata,
MEILI YING
“Apa kabar Paman?”
(Meili Ying mengira lelaki yang duduk di sebalahnya  itu adalah paman Agus)

BAGASKARA
“Alhamdulillah pamanmu baik bak. Sebelum menjemput mba, saya bertemu terlebih dulu dengan Pak Agus”.

Meili kaget, suara dengan logat jawa itu jelas sangat ia kenali dan ia yakini bukanlah suara pamannya. Kemudian ia pun langsung menoleh ke kanan sambil sambil memakai save belt.

MEILI YING
“Ko bisa, kamu di mobil ini?”.
“(Jantung Meili berdegup kencang)”

BAGASKARA
“Ya bisa mba. Kita mau kemana ni mba?”

MEILI YING
“(Menyodorkan secarik kertas berisi alamat yang akan dituju)”
“Mana Paman Agus? Mengapa bukan pamanku yang mengantar?”

BAGASKARA
“Siap. Saya perintahkan untuk menjemput mba dan mengantarkan mba sampai tujuan”.
“(sambil membuka googgle maps di ponselnya, tanpa menjawab pertanyaan Meili mengapa pamannya tidak bisa mengantarkan Meili)”.

VOICE OVER
MEILI YING
“Heuh dasar muka kaku, kenapa si aku harus semobil lagi sama petugas bandara gadungan ini. Tapi sekarang ko dia wangi ya”.
 “(sambil melirik Bagaskara yang fokus menyetir lalu tersenyum)”.
LOW ANGLE (Bagaskara)
MEILI YING
“Ya Ampun kakinya panjang banget gitu. Tinggi dia berapa ya? Badannya keukeur gitu ih, tentara memang semua gitu badannya kaya manusia gorila. Dia memang manis, hidungnya mancung, giginya rata, kalau senyum makin manis”.

BAGASKARA
“ehm ehmmm (pura-pura batuk), kenapa mba lihat-lihat?”
 “(tersenyum tipis dan melirik Meili Ying yang terlihat sangat rapi dan cantik)”.

MEILI YING
“Iiiih siapa yang lihat-lihat. Itu saya hanya lihat banyak sekali kamu memakai pin berbentuk sayap”.

BAGASKARA
“Oh ini, di kira saya, mba tak memerhatikan saya. Ini saya kan”
 “(perkataan Bagaskara terpotong oleh Meili yang merasa malu dan terlihat gugup)”

MEILI YING
“Dih, siapa juga yang memperhatikan Anda. Sorry ya pak, eh siapa-siapa itu nama kamu aku lupa. Nyetir aja yang fokus, nanti saya telat”.
BAGASKARA
VOICE OVER
“lucu kali mba ini”.
(Bagaskara hanya tersenyum mendengar perkataan Meili Ying)”.

SOUND EFFECT: Suara radio dari tip mobil yang memutarkan  lagu Ungu feat Andin dengan lirik “Saat Bahagiaku, duduk berdua denganmu hanyalah bersamamu mmmmhhh (dan seterusnya)”.

Mendengar lagu di radio itu Meili pun langsung melirik Bagas dan berkata dalam hati.
VOICE OVER
MEILI YING
“Bahagia apanya, yang ada aku males duduk berdua gini di mobil sama petugas Bandara gadungan yang sok ganteng ih”
 “(sambil melirik Bagaskara yang duduk disebelahnya kemudian Meili teringat kejadian saat perjalanan Jakarta Bandung bersama Paman Agus, Bagaskara dan Safar)”.
CUT TO CUT
SC. 10. EXT. Dalam Mobil perjalanan Jakarta-Bandung . Pulang dari Bandara menjelang malam. Meili Ying, Bagaskara, Agus dan Safarudin Sitorus
FLASH BACK
FADE IN
VOICE OVER
MEILI YING
“Hih ini dua tentara habis ngapain si, ko badannya bau orange juice basi gini”.

AGUS
“Bagaskara, kenalkan itu perempuan yang duduk di sebelahmu keponakan paman.
Nah yang di sebelah paman ini temannya Bagas, siapa Bagas nama temanmu ini?”

SAFARUDIN SITORUS
“Nama saya Safarudin Sitorus Pak. Bapak bisa panggil saya Safar”.

MEILI YING
“Ya paman. Nama saya Meili Ying”
AGUS
“Ko malah ke paman si Mei kenalannya, paman kan sudah tahu. Suka becanda ni kamu. Kamu lelah sehabis perjalanan ya?”

MEILI YING
“Engga paman (sambil pura-pura senyum seakan tersipu malu)”

AGUS
“Ya sudah kalau gitu, salaman dulu dong”.

MEILI YING
“Nanti susah paman, itunya kan lagi nyetir”

AGUS
“Tuh kan karena belum kenalan, jadi bilang itunya. Ini Safar lagi santai, tak mau salaman ya sama para tentara? Takut kotor tangannya?”

Akhirnya, dengan terpaksa Meili mengulurkan tangannya pada Safar terlebih dahulu dan kemudian pada Bagaskara.
VOICE OVER
MEILI YING
“Andai aku bisa ungkapkan semua isi hatiku. Hmmm, kenapa si harus semobil sama petugas Bandara gadungan ini. Paman lagi ga beritahu kalau bakalan sekalian jemput dua orang ini. Mana malu lagi tadi di Bandara. Ihhh bodoh. Kenapa aku harus menepuk punggungnya saat dia lewat tadi. Aduh malu-maluin kamu Mei”.
CUT TO CUT

SC. 11. Di dalam Mobil sesampainya di kampus tempat Meili mengajar. Pagi. Hujan. Meili Ying dan Bagaskara
BAGASKARA
“Mba, bangun. Sudah sampai. Mba bangun kita sudah sampai”.
Beberapa kali Bagaskara mencoba membangunkan Meili Ying, Meili tidak terbangun juga. Sampai pada akhirnya Bagaskara memutuskan untuk menekan klakson tiga kali agar Meili terbangun.

MEILI YING
“ (Meili terbangun dan kaget)”
“Astaga, hati-hati”.

BAGASKARA
“Iya mba, ini kita sudah sampai dari 15 menit lalu. Mba ga akan turun?”

MEILI YING
“Hah? Sudah sampai mana ini?”

BAGASKARA
“Sudah sampai tujuan mba
(sambil menggaruk kepala, kemudian berbicara dalam hati)
VOICE OVER
BAGASKARA
“Aduh ini cewe aneh, untung cantik”.

MEILI YING
“Oke, thanks. Take care”.
“(Keluar dari mobil kemudian berlari ke gedung kampus karena cuaca hujan)”

SC. 12. EXT. Di depan gedung kampus. Hujan. Pagi.
SOUND EFFECT SUARA RINTIK HUJAN
RAIN CLUSTER
Saat sedang berlari menuju gedung tiba-tiba ada seseorang dari belakang yang memayungi Meili. Kemudian Meili berbalik dan berkata
MEILI YING
“Terima kasih Baga”
“(Ucapan Meili terhenti, karena ternyata yang memayunginya tersebut bukanlah Bagaskara seperti yang ia kira. Melainkan ojek payung yang langsung saja memayungi Meili tanpa izin terlebih dahulu)”.

OJEK PAYUNG
“Neng payung Neng”

Meili akhirnya berjalan sambil membawa payung yang disodorkan ojek payung itu. Meili melihat ke belakang berharap masih melihat Bagaskara. Tapi ternyata Bagaskara telah menghilang dan Meili merasa sial dan sedih karena merasa Bagaskara sama sekali tak memperdulikannya.

VOICE OVER
MEILI YING
“Hih dasar lelaki sombong takberprikemanusiaan. Sudah tahu aku pasti kehujanan, tapi dia malah pergi gitu aja. Ini lagi ko di Indonesia ojek payung jualannya kaya gini si, maksa. Ga ngerti aku hidup disini. Ya Tuhan, beri aku kekuatan menghadapi semua ini”.

MEILI YING
“Terima kasih pak, berapaan ini payungnya?”

OJEK PAYUNG
 “Punten neng, teu diical iyeu mah payungna”.

MEILI YING
“Apa pak? Mohon maaf saya tidak mengerti”.
OJEK PAYUNG
“Oh, Neng gak ngerti bahasa Sunda ya. Maaf Neng, tapi saya bukan jualan payung, saya ojek payung Neng”.


MEILI YING
“Oh, sewa payung ya pak. Saya kira jualan payung pak. Hehe
Yasudah kalau gitu berapa pak?”

OJEK PAYUNG
“Ngga Neng ga usah bayar lagi. Tadi
sudah dibayar sama Akang yang tentara. Dia yang suruh saya mayungin Eneng”.

MEILI YING
“Apa pak? Oh iy pak, terima kasih ya”.
CUT TO CUT
SC. 13. INT. Gedung kampus. Pagi Meili dan Tante Indri
MEILI YING
“Selamat pagi tante, mohon maaf saya telat ya?”

 INDRI
“Oh my God, keponakanku sudah besar sekarang. Selamat pagi juga cantik, ayo silahkan duduk”. Bagaimana kabar keluargamu Mei?

MEILI YING
“Iya tante, terima kasih. Maaf saya berantakan tante. Di luar hujan deras sekali. Keluargaku? Oh kami baik tante”.

INDRI
“Oh, no problem itu sayang. Yuk langsung aja kita ke kelas. Nanti akan tante perkenalkan kepada mahasiswa disini”.
“(tante Indri mengajak Meili Ying untuk berjalan menuju kelas)”

MEILI YING
“Langsung tante? Tapi saya tante, saya belum berpengalaman mengajar”.
“(Meili sedikit gugup)”

INDRI
“Ah, tante percaya sama kamu. Ayah kamu sudah ceritakan semuanya ko. Masalah administrasi dan lain-lain sudah dibereskan oleh Ayahmu. Kamu hanya tinggal isi beberapa data saja. Tak usah khawatir, tante sangat senang kamu datang di saat yang tepat”.

MEILI YING
“Benar tante, saya tak perlu melewati proses apapun? Interview dulu gitu atau psikotes apa dulu gitu tan?”

INDRI
“Iya sayang tak usah khawatir. Ayahmu itu lelaki yang siap siaga untuk anaknya. Kau sudah membawa beberapa berkas persyaratan itukan? Itu sudah cukup. Masalah jadwal mengajar dan lain-lain, nanti tante emailkan oke. Ayo kita masuk dulu, mereka sudah menunggu”.

Meili merasa malu karena harus menjadi dosen tanpa melewati proses apapun. Tapi itu tak mau ia hiraukan terlalu dalam, sekarang yang ia pikirkan hanya bagaimana caranya ia  beradaptasi dengan para mahasiswa yang akan menjadi muridnya nanti.

SC. 14. EXT. Pinggir jalan. Pukul 12.30 waktu istirahat
Setelah semua kegiatan di kampus selesai, Meili segera menelpon ayahnya. Mengatakan ia akan pulang dengan naik taksi. Namun, baru saja ia berada di tepi jalan, Bagaskara dengan mobil Mercy hitam milik om Agus itu berenti tepat di depan Meili. Kemudian Bagaskara membukakan kaca mobil depan sebelah kiri dan berkata.
TONE TRACK
BAGASKARA
“Taksi mba (mencoba mengejek Meili yang terlihat cemberut)”


MEILI YING
“Ya, aku mau duduk di belakang”.
(sedikit berteriak karena jalanan terlalu ramai)

BAGASKARA
“Silahkaaan mba cantik”

MEILI YING
“Hih (senyum sinis, dan kemudian masuk ke dalam mobil)”.
CUT TO CUT
SC.15. EXT. Mobil. Siang hari. Hujan
SOUND EFFECT. Lagu-lagu penyanyi Indonesia Judika
Di perjalanan menuju pulang kali ini Meili tidak tidur, tapi Meili asik mengobrol menggunakan bahasa Mandarin dengan temannya dari Beijing. Sedangkan Bagaskara fokus menyetir sambil asik mendengarkan lagu-lagu Judika salah satu penyanyi favoritnya.
VOICE OVER
BAGASKARA
“Cangcingcong-cangcingcong, ora ngarti aku mba cantik. mba ngomong apa”.

Setelah melihat Meili Ying selesai menelpon Bagaskara kemudian bertanya.

BAGASKARA
“Sudah makan mba?”

MEILI YING
“Sudah”.

BAGASKARA
“Syukurlah. Tadi ayah mbak telepon kalau saya harus jemput mba buru-buru”. “Mba sedang buru-buru ya?”

MEILI YING
“tidak”.

BAGASKARA
“Padahalkan di sini banyak taksi ya mba?”.

MEILI YING
“Oh, jadi situ ga suka jemput saya. Kenapa ga nolak aja pas di minta jemput saya tadi?” Lagian saya lebih nyaman naik taksi dari pada sama supir yang banyak nanya”.

BAGASKARA
“Saya becanda mba”

MEILI YING
“Oh, situ ngelawak?”
VOICE OVER
BAGASKARA
“aduh ini cewe apa kuntilanak si?. Serem amat”.

MEILI YING
“Pake nanya udah makan apa belum lagi”.

BAGASKARA
“Aduh si mba ngambek beneran ni. Itu tadi Ayah mba menyarankan saya untuk mengajak mba makan siang dulu jika mba belum makan siang katanya. Jadi saya tanya mba barusan udah makan atau belum. Kalau belum kita sama-sama cari makan di sekitaran sini. Karena kebetulan saya juga belum makan”.

MEILI YING
“Saya sudah makan. Jadi ga usah”.
 “(sambil memasangkan headset ketelinganya dan kemudian memejamkan mata)”.
SC. 16. EXT. Teras Rumah Meili Ying. Meili Ying, Bagaskara, Dedi Efendi. Hujan.
SOUND EFFECT SUARA DERASNYA HUJAN
RAIN CLUSTER
DEDI EFENDI
“Ajak masuk dulu Mei, Bagasnya”.

MEILI YING
“Ayo masuk dulu nanti Ayahku marah (suara pelan terkesan bisik-bisik)”.

BAGASKARA
“Tak usah repot-repot Pak, saya langsung berangkat aja”.

DEDI EFENDI
“Oh, masih banyak tugas ya? Yasudah, besok juga ketemu lagi kan? Besok jemput anak saya seperti biasa ya. Tidak keberatan kan kau Bagas?”

BAGASKARA
“Siap, sudah tugas saya menuruti komandan”.

DEDI EFENDI
“Yasudah hati- hati di jalan. Ayo Memei antarkan Bagas sampe depan pagar!”.

BAGASKARA
“Biar saya sendiri saja pak”.

DEDI EFENDI
“Cepat memei buka payungnya, antarkan!”

Meimei pun mengantarkan Bagaskara sampai Bagaskara masuk ke dalam mobil. Pada saat Meili dan Bagaskara berjalan dalam payung yang sama. Meili berbisik.

MEILI YING
“Terima kasih ojek payungnya”.

Mendengar bisikan Meili Ying jantung Bagaskara tiba-tiba berdegup kencang, Bagaskara tak menyangka wanita yang ia kira hanya bisa marah-marah tidak jelas itu, tiba-tiba bisa juga mengucapkan kata terima kasih dengan manis seperti itu.
CUT TO CUT

SC. 17. Dalam Mobil. Bagaskara
Selama dalam perjalanan menuju mes tempat tinggal sementara Bagaskara di Bandung. Bagaskara terus saja terbayang ucapan Meili yang manis tadi. Iya terus terbayang tatapan mata Meili yang terlihat sangat cantik di mata Bagaskara.
BAGASKARA
“Ya Tuhan cantik kali mba Memei itu, dari pertama bertemu pun dia sudah menarik hati. Bersyukur sekali saya bisa bertemu dengan dia setiap hari”.
CUT TO CUT

SC. 18. Dalam Mobil.  Satu bulan kemudian. Bagaskara dan Meili Ying
MEILI YING
“Hand phone kamu bunyi tuh”.

BAGASKARA
“Oh ya? Coba tolong buka dan bacakan smsnya sayang”.

MEILI YING
“Bagaskara lagi apa?(Meili membacakan isi sms)”
 “Sms dari siapa ni nomor baru?”

BAGASKARA
“Coba lihat nomornya!”


MEILI YING
“Ni (sambil memperlihatkan hand phone pada Bagaskara yang sedang menyetir)”.

BAGASKARA
“Hmm,dia mantanku sayang”.

MEILI YING
“Mantanmu yang mana? Dilla maksudnya? Ni balas dulu smsnya silahkan!”.
(Meili cemburu)
VOICE OVER
MEILI YING
“Ternyata Bagaskara hafal nomor Dilla, aku tak menyangka.”

BAGASKARA
“Sayang, jangan marah dong. Maafkan aku. Lagian sekarang aku ga baleskan sms dari Dilla. Sayang jawab dong jangan diam aja”.

Meili hanya diam, pura-pura tidur dan tidak menghiraukan perkataan Bagaskara. Dalam hati Meili berkata.
VOICE OVER
MEILI YING
“Sabar Memei, jangan sampai kamu berantem. Jangan kaya di sinetron-sinetron alay yang lagi trend di Indonesia berantem di mobil terus diturunin deh nanti cewenya di tengah jalan, oh no. Gara-gara kebanyakan nonton, jadi gini ah. Sabar Memei, diamkan Bagaskara, tarik nafas dalam-dalam, jika sudah sampai tujuan baru kamu ngomong baik-baik.

BAGASKARA
“Sayang maafin aku, jangan ngebelakangin aku kaya gitu dong”.
“(Sambil mengelus rambut Meili dengan tangan kirinya)”


MEILI YING
“Sudah tak apa, fokus saja menyetir”.

BAGASKARA
“Janji ya ga marah ya. Nanti saya jelaskan kalau sudah sampai ya. Mau nonton apa kita nanti?”

SC. 19. INT. Mall PVJ Bandung. Malam
Sesampainya Meili dan Bagaskara di mall PVJ Bandung mereka memutuskan untuk mencari makan terlebih dahulu sebelum menonton di bioskop.
MEILI YING
“Yasudah karena jadwal nonton kita masih sekitar dua jam lagi, sambil nunggu kita cari makan aja. Kamu mau makan apa?”

BAGASKARA
“Aku ingin see food, gurame bakar boleh juga”.

MEILI YING
“Ya aku juga ingin udang asam manis”
SWISH PAN
BAGASKARA
“Di sini dimana ya ada masakan see food?”
“(Sambil melihat-lihat ke kanan dan ke kiri)”

MEILI YING
“I don’t know Gas. Kamu seharusnya lebih tahu dari pada aku”.

BAGASKARA
“Oke ayo ikuti saja pacarmu ini!”.

Meili Ying pun mengikuti kemana Bagaskara mengajaknya.
CUT TO CUT
SC. 20. Tempat makan seefood pinggir jalan (pedagang kaki lima). Malam. Meili dan Bagaskara
BAGASKARA
“Ayo silahkan duduk cantik”.

MEILI YING
“(Meili kemudian duduk dan tak menghiraukan rayuan Bagaskara)”.

BAGASKARA
“Mei ko lihatnya kesana terus si, sini dong liat ke aku. Aku ga akan balas sms dia lagi, aku janji Mei. Aku pesankan dulu ya makanannya. Kamu mau minum apa?”

Bagaskara pun memesankan Gurame bakar dan udang asam manis dengan nasi  tiga porsi. Dua porsi untuknya dan satu porsi untuk Meili yang selalu cantik dan lucu di mata Bagaskara.
BAGASKARA
“Sudah ku pesankan, tinggal menunggu. Huh kayanya enak ni. Ya ya? Jawab dong sayang, maafin aku. Sudah dong ngambeknya!”.

MEILI YING
“Ya, aku maafin. Lain kali tak begitu lagi”.

BAGASKARA
“Ya aku janji tak akan membalas atau menghubungi dia lagi. Aku cuman sayang sama kamu. Kamu harus percaya itu”.

MEILI YING
“Ya, kalau kamu berada di posisi aku sekarang, pasti kamu juga marahkan. Bayangkan, kalau ada mantanku menghubungiku lagi? Kamu ingat? Kamu marahnya seperti apa? Waktu ada mantanku mengirimkan paket bunga itu”.


BAGASKARA
“Ya sudah tentu ingat. Dan bagaimana bisa kau masih menyimpan foto mantanmu itu di kamarmu. Kalau aku tidak lihat foto-foto kamu sewaktu di kamar itu. Mungkin aku tidak akan tahu sampai sekarang foto itu masih kau simpan atau tidak”.

MEILI YING
“Ko jadi kamu yang marah si. Sekarangkan kamu yang salah”.

BAGASKARA
“Hehehehe”
“Setelah makan, mereka menonton film bergenre horor dan pulang larut malam”.
 CUT TO CUT
SC. 21. EXT. Teras Rumah Meili Ying. Bagaskara dan Meili Ying
MEILI YING
“Oke sayang, cepat pulang sudah larut malam. Ayah pasti sudah tidur. Nanti ku sampaikan pada Ayah kalau kita pulang larut malam karena tak kebagian jadwal nonton yang lebih awal. Hati-hati ya. Sudah sampai kabari aku”.

BAGASKARA
“Siap. Dadah cantikku, i love you”.

MEILI YING
“I love you too. Dadah”

Sambil melambaikan tangan Meili Ying membayangkan jika nanti Bagaskara  pindah tugas ke Medan.
CUT TO CUT

SC. 22. INT. Kamar Meili Ying. Malam. Meili Ying
Sambil menatap foto mendiang ibunya Meili berkata.

MEILI YING
Sedih sekali rasanya bu, jika dia benar-benar pergi untuk pindah tugas nanti. Sebulan lagi dia akan pindah bu. Aku tak ikut bersamanya. Orang tua Bagas pun, menginginkan Bagas tinggal di Medan dan tentunya hidup dengan perempuan yang satu suku dengan mereka. Apa salah bu, aku bersuku Thionghoa Sunda mencintai lelaki berdarah kental Jawa?  Mengapa setiap kali orang tuanya mengetahui aku sedang dengan Bagaskara mereka selalu menelpon seolah-olah tak boleh aku berduaan dengan Bagaskara. Aku sedih bu, Bagas selalu bilang, “tak usah khawatir, aku akan bicara pada orang tuaku nanti”. Kali ini aku benar-benar ingin bersamanya bu. Aku ingin menikah dengannya, dia cinta sejatiku. Dia pekerja keras, dia tampan, hidungnya mancung, senyumannya maniiiis sekali. Meskipun kami selalu bertengkar hanya karena dia tak mengerti ucapanku atau aku tak mengerti ucapan dia yang entah artinya apa. Tapi aku senang sekali, dia begitu baik padaku bu. Andai ibu masih ada disini mungkin ibu akan ikut bahagia pula.  Tapi rasanya semua hanya akan menjadi anganku saja bu”.

SC. 23. INT. Kamar Bagaskara. Larut malam. Bagaskara
Bagaskara menelpon Meili Ying
BAGASKARA
“Sayang aku sudah sampai, kamu tidur cepat ya sudah malam”.

MEILI YING
“Ya, aku tidur sebentar lagi. Kamu lagi apa sekarang?”

BAGASKARA
“Lagi mikir ni”

MEILI YING
“Mikirin apa?  Banyak kerjaan kah?”

BAGASKARA
“Mikiriiiiinnn (nada panjang) Meili Ying hehehehe”
MEILI YING
“Wleeee gombal”
“(tersenyum bahagia)”

BAGASKARA
“Payah ya, kita ketemu di saat aku tak lama tinggal di Bandung, coba kita ketemu dari dulu pas aku sempat lama tugas di Bandung”.

MEILI YING
“Bukankah dulu kita pernah bertemu Gas? (suara pelan)

BAGASKARA
Hah? Apa sayang? Pernah bertemu?

MEILI YING
ah, maaf aku salah ngomong Gas aku ngelamun”.
(Meili kaget mendengar suara Bagaskara meninggi)
“Oh iya tak apa-apa gas, kan kita masih ada waktu sebulan sebelum kamu pergi”.

BAGASKARA
“Kamu ngantuk ya sayang? Kamu tidur aja gih. Lagian kamu ngelamunin apaan si ampe gitu? sebulan itu sebentar lagi tahu, aku ga ngebayangin kalau nanti ga ketemu kamu lagi”.

MEILI YING
“Husss ah jangan ngomong gitu, kita masih bisa video call, skype dan lain-lainkan? Kalau kita sudah gajian dan ada libur panjangkan, kamu bisa kesini temui aku ya? Aku mulai ngantuk ni Gas”

BAGASKARA
“Iya, kamu jangan sedih ya. Aku nanti kembali lagi ko buat kamu”.

MEILI YING
 “Iya, aku tunggu kamu Gas”.

BAGASKARA
“Yasudah yuk kita tidur, sampai ketemu besok. Pukul 06:00 aku jemput ya. Dandan yang cantik. I love you

MEILI YING
I love you too, good night Bagas”
CUT TO CUT

SC. 24. EXT. Jalan. 27 hari kemudian. Bagaskara, Meili Ying dan Firman
Saat Bagaskara sedang asik menyetir sambil mendengarkan lagu kesukaannya. Tiba-tiba Bagaskara mendadak menginjak rem mobilnya. Ia kaget melihat Meili Ying berada di dalam mobil merah mencolok yang sepertinya Bagaskara tahu itu mobil siapa. Sambil mengikuti mobil yang berada di depannya tersebut iya pun akhirnya ingat, bahwa itu adalah mobil mantannya Meili Ying. Hati Bagaskara mulai panas dan tak karuan, ia mencoba membuntuti Meili Ying yang terlihat sedang asik mengobrol dengan lelaki yang duduk di sebelahnya itu.

BAGASKARA
“Akan ku ikuti kalian, kemana pun kalian pergi”.

Dering telepon Bagaskara terus saja berbunyi, Bagaskara mencoba tak menghiraukan handphonenya yang terus berdering. Ia fokus mengikuti mobil di depannya itu. Tiba-tiba Ia ingat, bahwa seharusnya ia pergi ke kantor karena komandan Agus sedang menunggunya. Akhirnya dengan terpaksa Bagaskara berbalik arah menuju kantornya.

CUT TO CUT


SC. 25. INT. Kantor. Bagaskara dan Agus
Setibanya di kantor, Bagaskara langsung menemui komandan Agus. Ia di perintahkan untuk mengurusi surat-surat pemindahannya segera.
AGUS
“Bagaskara lama kali kau”.

BAGASKARA
“Siap komandan, mohon maaf tadi perjalanan macet”.

AGUS
“Cepat sana selesaikan semua persyaratan pemindahanmu. Berkas-berkasnya segera isi. Setelah itu kau langsung temui saya lagi. Saya butuh bantuanmu”.

BAGASKARA
“Siap Komandan”

Dengan hati yang tak karuan, Bagaskara pun mengisi semua berkas-berkas data yang harus ia isi dan menyelesaikan administrasi pemindahan tugasnya ke  Medan. Di dalam hati ia berkata
VOICE OVER
BAGASKARA
“Sampai hati kau Mei, bermain di belakangku saat aku akan segera pergi”.

Sambil melamun Bagas ingat pertama kali ia mencoba mendekati Meili Ying.
CUT TO CUT
SC. 26. EXT. Di dalam Mobil. Sore. Bagaskara dan Meili Ying
FLASH BACK
Di perjalanan menuju pulang Meili Ying berkata,
MEILI YING
CLOSE UP    “Bagaskara, can you help me? (Meili terlihat sedih)”


BAGASKARA
“Ya mba? (Bagaskara khawatir terhadap keadaan Meili yang terlihat sedih)”

MEILI YING
“Bisa gak ganti channel radionya! ini ko lagunya galau semua ya? Aku jadi makin sedih ni”.

BAGASKARA
“(Senyum tipis lalu mematikan radio tersebut)”

MEILI YING
“Ko dimatiin si Gas, aku kan minta di pindahkan saja”.

BAGASKARA
“Ya mba lebih baik di matikan saja”.

MEILI YING
“Jangan manggil mba lagi dong Gas, usia kita kan ga beda jauh. Emang aku tua banget ya Gas keliatannya?”

BAGASKARA
“Hanya tersenyum merasa lucu melihat muka Meili Ying memerah”

MEILI YING
“Aku sedih (sambil menangis dan meneteskan air mata)”

BAGASKARA
“Eh mba, eh mba Mei jangan nangis”

MEILI YING
“Ga usah pake mba lagi, Mei aja!”
BAGASKARA
“Ya Mei, kenapa nangis? Mau kita berenti dulu. Mbak mei mau jalan-jalan dulu? Atau mau makan dulu? Yuk kita makan”.
“(Bagaskara berusaha mencari cara agar Meili Ying berhenti menangis)”

Saat sedang menangis tiba-tiba hp Meili Ying berdering,

BAGASKARA
“Mba sepertinya ada telepon. Kenapa ga diangkat?”

MEILI YING
“Tolong angkat teleponnya gas!”

BAGASKARA
“Hallo, selamat sore?”

Tiba-tiba orang yang menelpon tersebut memarahi,
ANTONIO
“Hei siapa kamu? kenapa kamu yang mengangkat teleponnya? mana Meili?”

BAGASKARA
“Mba, ini ko dia marah-marah ya?
 (sambil menjauhkan hp dari telinganya)”.

MEILI YING
“Itu pasti Antonio. Bilang saja kau pacarku!”

BAGASKARA
“Hah? Apa mba?”

MEILI YING
“Cepat bilang! Setelah itu langsung tutup saja teleponnya”.

BAGASKARA
“Tapi mba?”
 “(akhirnya Bagaskara menuruti apa yang dikatakan Meili Ying)”
Saya pacarnya mba Mei, ada perlu apa?

ANTONIO
“You are crazy, jangan coba-coba rebut Meili dari saya. Siapa kamu, dimana kamu sekarang?”

Bagaskara langsung menutup teleponnya dan segera memberikan hand phone tersebut pada Meili Ying
MEILI YING
“Gas, sorry ya. Kamu jadi ikut-ikutan, dia itu mantanku dari Beijing. Dia mengikutiku sampai ke Indonesia, karena Ibunya orang Indonesia jadi dia punya banyak sanak saudara di sini. Kau ingat gas? Seminggu lalu, waktu aku memintamu untuk tak menjemputku?”

BAGASKARA
“Ya mba saya ingat”

MEILI YING
“Sebenarnya saya sudah tahu waktu itu kamu mengikuti aku dan Antonio aku melihat mobilmu dari kaca sepion. Aku senang kau mengikutiku, karena sebenarnya aku takut berduaan dengannya Gas. Dua tahun lalu aku menjalin hubungan dengan dia. Namun setelah setahun berpacaran, sikap asli dia mulai ketahuan, dia tiba-tiba menjadi tempramental tiap kali aku salah. Sampai dulu Ibuku pernah memergoki saat rambutku sedang dijambak oleh Antonio”.

BAGASKARA
“Maksud mba? Dia suka?”


MEILI YING
FLASH BACK
“Ya, dia suka memukulku tiap kali dia marah. Awalnya aku berpikir mungkin dia hanya khilaf karena terbawa emosi saja. Tapi ternyata tidak, setelah aku mencari tahu tentang dia pada teman-temannya, ada salah satu temannya yang bercerita padaku jika Antonio ternyata memiliki sebuah penyakit yang tak bisa aku ceritakan pada siapapun termasuk kamu Gas. Aku mencoba terus menghindarinya tapi dia tetap mengejarku. Sebelum almarhum Ibuku meninggal, dia mewasiatkan padaku agar pindah ke Indonesia segera. Selain untuk tinggal dengan Ayah, juga sekaligus untuk menghindari dia”.
(Meili bercerita sambil menangis)


BAGASKARA
“Sudah mba jangan menangis lagi. Mulai besok, jika dia menghubungi biar saja aku yang angkat. Boleh saya save nomor mba?”

Bagaskara pun akhirnya memiliki nomor hand phone Meili Ying. Setiap hari Bagaskara mengirimkan sms atau menelpon Meili. Mereka pun setiap hari bertemu, sampai pada akhirnya Bagaskara menyatakan cintanya pada Meili Ying di perjalanan pulang ke rumah Meili Ying di hari ulang tahun Bagas yang ke 24.
BAGASKARA
“Mei, sudah dua bulan lebih kita saling mengenal. Setiap hari aku jemput kamu pulang pergi ke tempat kerja. Apa kamu merasakan ada sesuatu diantara kita?”

MEILI YING
“Maksud kamu Gas?”

BAGASKARA
“Tiba-tiba Bagaskara berhenti tepat di depan toko kue”.
“(tanpa di rencanakan)”

MEILI YING
“Kenapa kamu berenti Gas?”

BAGASKARA
“Hari ini ulang tahunku Mei, biasanya setiap kali ada yang ulang tahun di keluargaku. Aku bersama keluarga pasti pergi ke resto solo di Medan dan makan besar bersama Ayah, ibu dan adik-adikku”.

Meili Ying masih heran, tak menyangka orang yang selama ini dianggapnya kuat dan mandiri. Ternyata saat ia ingat keluarganya, ia bisa memasang muka sesedih itu. Meili Ying teringat saat ia pernah menangis di mobil dulu pada saat pertama kali bercerita tentang Antonio  pada Bagas.
MEILI YING
VOICE OVER 
“Mungkin ini yang dirasakan Bagaskara pada saat dia mendengarkan curhatanku saat itu”.

MEILI YING
“Tunggu dulu ya, jangan pergi. Kamu parkirkan saja mobilnya di depan toko kue. Aku lapar, sepertinya kue itu enak”.
“(sambil membuka pintu mobil dan Meili Ying pun bergegas masuk ke toko kue)”

SLOW MOTION
Tiba-tiba tak lama setelah itu, saat Bagaskara sedang melamun di dalam mobil. Bagas melihat seorang wanita cantik berambut hitam, berkulit putih dengan menggunakan switter biru, rok span hitam berjalan menghampiri mobilnya dengan membawa kue berbentuk hati dan lilin yang berbinar-binar diatasnya.  Bagaskara pun turun dari mobil dengan wajah terharu dan mata berkaca-kaca.
MEILI YING
“Happy Birth day to you, happy birth day to you, happy birth day to Bagas, Happy Birth day to you (sambil bernyanyi)”.
“Ayo tiup lilinnya, eh eh jangan dulu. Make a wish dulu dong!”
BAGASKARA
“(Menarik nafas panjang)”
“Mei kamu mau jadi pacarku?”
   VOICE OVER        (Jantung Bagaskara berdegup kencang)

Meili Ying memasang wajah heran dan kaget.
MEILI YING
“Bagas, aku memintamu untuk membuat harapan (berdoa) sebelum meniup lilin ulang tahunmu. Bukan untuk mengatakan”.
 “(Meili tidak melanjutkan perkataannya)”

BAGASKARA
“Itu harapanku sekarang Mei, aku ingin kau menjadi pacarku. Jawab Mei! Maaf aku mengatakan ini begitu cepat. Aku tahu kita belum lama saling mengenal. Tapi perasaanku tak bisa di bohongi kalau selama ini aku suka kamu Mei”.

MEILI YING
“Aku, a....ku, emmmhhh kamu serius?”

BAGASKARA
“(Bagaskara hanya mengangguk dan berharap Meili Ying menerima cintanya)”

MEILI YING
(dengan yakin dan nada biacar yang tegas Meili menjawab)
“Aku mau gas jadi pacar kamu”
“(Meili tersenyum tanda bahagia)”

BAGASKARA
Yes
“(sambil tersenyum bahagia lalu ia meniup lilin di kue ulang tahun)”.
CUT TO CUT

SC. 27. Kantor Bagaskara. Sore. Meili Ying dan Bagaskara
Setelah menyelesaikan semua administrasi pemindahannya. Bagaskara pun segera menelpon Meili Ying.
SOUND EFFECT/ AUDIO MIXING “Suara nada telepon tersambung”

MEILI YING
“Hallo, Bagas kamu dimana?”

BAGASKARA
“Pukul 19.00 aku jemput langsung depan rumah”.

MEILI YING
“(Heran mendengar nada suara Bagaskara tak seperti biasanya)”
“Emm, emangnya kita mau kemana?”

BAGASKARA
“Nanti aku tunjukan. Kamu dandan yang cantik seperti biasa ya. Hari ini kamu kemana aja?”

MEILI YING
“Aku di rumah aja seharian Gas, kamu?”

BAGASKARA
“Oh bagus kalau gitu, aku hanya ke kantor saja mengurusi berkas-berkas pemindahanku”
“(Bagaskara merasa kecewa karena Meili Ying tidak jujur kepadanya)”

MEILI YING
“Gas, aku akan sangat merindukanmu nanti, kau cepatlah pulang. Jangan pernah lupakan lagi kenangan kita”.


BAGASKARA
“Aku tak pernah melupakanmu Mei. Mengapa kau bicara seperti itu”?

MEILI YING
“Yasudah, Ayah memanggilku Gas. Pukul 19.00 aku tunggu ya”.

CUT TO CUT
  
SC. 28. INT. Kafe. Bagaskara dan Meili Ying
Pukul 19.00 Bagaskata telah menjemput kekasihnya Meili Ying. Seorang wanita berdarah Sunda Cina yang seringkali membuat Bagaskara tertawa sendiri bila teringat tingkahnya. Meili Ying terlihat sangat cantik hari ini, mini dress putih yang dikenakannya membuatnya sangat Anggun. Bagaskara pun tak terlihat seperti biasanya, kali ini Bagaskara tak mengenakan seragam biru TNI AU yang biasa iya kenakan bila bertemu Meili Ying. Bagaskara mengenakan celana jeans dan kemeja putih, dengan jam tangan dan sepatu yang sangat Mecing.

BAGASKARA
“Bukan kah kita pasangan yang serasi Mei?”

MEILI YING
“(Tersenyum simpul, seolah setuju dengan apa yang dikatakan Bagaskara)”

BAGASKARA
“Baju itu sangat cantik dipakai olehmu Mei”.

MEILI YING
“Kau pun sangat tampan memakai kemeja itu lagi”.

BAGASKARA
“apa? Sebelumnya aku tak pernah memakai kemeja ini di depanmu Mei”.

MEILI YING
“Mmm, (berpikir untuk mencoba mengalihkan pembicaraan)”
“Kita belum pesan makanan Gas? Kamu mau makan apa?”

BAGASKARA
“Nanti juga sebentar lagi pelayan datang mengantarkan makanan”.

MEILI YING
“Kafe ini memang sangat romantis ya Gas. Aku betah kalau sudah di kafe ini”.

BAGASKARA
“Aku pun betah tinggal di sini, tapi sayang. Waktuku di sini tinggal hari ini. Besok aku akan berangkat Mei?”

MEILI YING
“Ko besok si Gas, bukannya lusa kau baru pergi?”

BAGASKARA
“Orang tuaku memintaku pulang cepat, agar sebelum tugas kembali aku bisa tinggal di rumah beberapa hari. Entah apa maksudnya, Ibu bilang harus periksa kesehatanku. Padahal aku kan baik-baik saja”.

MEILI YING
“Kamu ikuti saja kemauan Ibumu Gas, mereka mungkin hanya khawatir dengan kondisi fisik kamu. Kamu kan TNI angkatan udara. Kamu juga sering sekali latihan terjun payung. Itukan mengerikan sekali”.

BAGASKARA
“Ya memang, ibuku selalu menganggapku seperti anak kecil”.



MEILI YING
“Yee, makan malam datang, wahhh ini kan makanan kesukaanku Gas, ko kamu ingat si?”

BAGASKARA
“Jelaslah aku ingat, kan aku belum kakek-kakek Mei”.

MEILI YING
“Ayo Gas kita makan dulu, aku ngiler ni. Liat makanan seenak ini”.

BAGASKARA
“Mei ada yang ingin aku tanyakan padamu”.

MEILI YING
“Mmm ya Gas?”
 “(perasaan was-was)”

BAGASKARA
“Apapun yang terjadi pada hari ini. Sesungguhnya aku tak akan terlalu memperdulikannya. Aku pun ingin kamu mengatakan yang sejujurnya. Hari ini kamu kemana saja?”

MEILI YING
“Aku tak kemana-kemana Gas, jadwal mengajar ku hari ini kosong, kau pun tahu itu”.
BAGASKARA
“Sungguh?”
“(berharap Meili berkata yang sejujurnya)”

MEILI YING
“Ayo Gas kita makan dulu, baru bicara lagi”.
“(Meili berusaha menghindari pertanyaan Bagaskara)”
BAGASKARA
“Tadi siang aku berniat pergi ke kantor. Aku melihatmu bersama dengan lelaki di dalam mobil yang tepat berada di depan mobilku. Aku tak sempat mengikuti kalian sampai jauh. Karena aku harus ke kantor. Sekarang aku tanya, mengapa kau bertemu dengan dia lagi?”

MEILI YING
“Mungkin kamu salah liat Gas”.
“(Meili berbohong, sehingga terlihat sangat gugup)”

BAGASKARA
“(tingkah Meili sungguh membuat Bagaskara semakin curiga)”
“Tak mungkin aku salah lihat, jelas yang ku lihat adalah kekasihku. Meili Ying perempuan yang sangat aku cintai. Perempuan yang akan segera aku tinggalkan karena tugasku, perempuan yang akan sangat aku rindukan nantinya, dan perempuan yang akan aku lamar hari ini juga”.

MEILI YING
“(Kaget dan kemudian meneteskan air mata, mendengar nada bicara Bagaskara yang naik turun dan terdengar sangat berat seperti tengah mengeluarkan segala isi pikirannya dari lubuk hati yang paling dalam)”.
“Bagas (sambil meraih tangan Bagas, lalu memegangnya diatas meja), aku sangat-sangat menyayangimu, berhentilah seperti ini Bagas”

BAGASKARA
“(Dengan mata yang berkaca-kaca)”
“Aku telah membeli ini seminggu lalu”.
(sambil mengeluarkan kotak kecil dari sakunya yang berisi cincin)”.
“Aku ingin kau yang memakai cincin ini! Apapun yang terjadi hari ini aku memaafkannya dan akan melupakannya. Aku percaya padamu dan aku tak bisa membiarkanmu nanti direbut oleh lelaki lain. Karena cintaku kini telah sepenuhnya ku berikan padamu. Will you marry me, Meili Ying?”
“(Bagaskara menatap mata Meili Ying sambil menyodorkan cincin pada Meili Ying)”

MEILI YING
“Bagaskara”
 “(sambil kembali meraih tangan Bagas dan kemudian memegangnya dengan sangat erat)”
 “Bagas, apa kau tak ingat? Bagas apa kamu benar-benar telah lupa?”
 “(air mata Meili mulai bercucuran)”
 “Semuanya kini telah berbeda Gas.  Kau harus segera pulang dan menemui Dilla, dia menunggumu pulang”.

BAGASKARA
“(Bagaskara meletakan cincin di atas meja dan kemudian memegang tangan Meili dengan kedua tangannya)”
“Meili dengar, Dilla itu hanya mantan pacarku sewaktu SMA. Dan sekarang kaulah yang aku cintai dan aku ingin menjadikan kamu istri yang akan menemaniku seumur hidup”.

MEILI YING
“Tapi Dilla itu istrimu Gas”
 “(sambil menangis lalu melepaskan genggaman tangan Bagas dari tangannya)”

BAGASKARA
“Apa maksudmu sayang?”

MEILI YING
“Bagas, semua yang telah kita lewati ini tak lagi sama dengan dulu. Aku hanya berpura-pura menjadi kekasihmu lagi. Aku tak ingin mengatakannya tapi kau harus ingat Bagas. Aku tak mau menyakiti Dilla”.


BAGASKARA
“Apa maksudmu Mei? aku tak mengerti (Bagas mulai berpikir mengapa Meili Ying mengatakan sesuatu yang sangat tidak masuk akal)”.

MEILI YING
“Kecelakaan itu membuat kau melupakan aku tiga tahun lalu. Itu juga sebabnya setiap kali kau telah terjun payung ibumu selalu memintamu untuk periksa keadaanmu ke dokter. Karena Ibumu pasti sangat khawatir semua ingatanmu akan hilang.  Kau sama sekali tak mengenaliku, bahkan saat aku dekati kau saat itu, kau memintaku menjauh darimu. Sampai-sampai orang tuamu meminta untukku benar-benar menjauhimu sementara waktu sampai kau sembuh. Aku pun pindah ke Beijing dan tinggal bersama Ibuku. Walau pun berat sekali rasanya saat meninggalkanmu saat itu Gas. Tapi aku tak bisa menghindari semua kenyatan yang telah terjad saat itu.”

BAGASKARA
“Apa yang kau katakan Meili Ying, aku ingat kau jelas. Inilah yang benar-benar terjadi sekarang”.
 “(Bagaskara merasakan kepalanya cenat-cenut dan pusing)”

MEILI YING
“Tapi saat itu yang kau ingat adalah Dilla. Kau sama sekali tak ingat aku Gas. Aku pun berpikir mungkin aku tak terlalu berarti bagimu. Dan dokterpun menyarankan aku agar tak memaksakan ingatanmu akan diriku”.

BAGASKARA
“Tak mungkin Mei aku melupakanmu, dan tak mungkin aku telah menikah dengan Dilla. Aku tak mungkin sebodoh itu dan kehilangan ingatanku”.

MEILI YING
“Aku pun tak mengertiapa yang terjadi denganmu saat itu Gas. Aku hanya mendengar kau telah menikah dengan Dilla setahun setelah kau kecelakaan itu. Aku mencoba menerimanya saat itu. Dan aku pun tak mungkin lagi mengharapkanmu yang telah menjadi suami wanita lain”.

BAGASKARA
“Tapi, aku mencintaimu Meili Ying kau tahu itu sekarang. Tiba-tiba kepalaku sakit Mei”.

MEILI YING
“Kau harus ke dokter Gas, ayo kita pulang!”

BAGASKARA
“Tidak Mei, kita selesaikan dulu ini. Aku ingin tahu ceritamu selama di Beijing. Aku masih tak mengerti semua ini”.

MEILI YING
“Dan aku pun memutuskan untuk mulai membuka hatiku untuk pria lain”.

BAGASKARA
“Antonio? Maksudmu, kau pergi kembali pada Antonio lelaki tempramental itu? kenapa kau mau dengan dia Mei?”

MEILI YING
“Bukan gas, bukan Antonio suamiku sekarang”.

BAGASKARA
“Apa?”
 (Bagaskara kaget mendengar apa yang dikatakan Meili Ying)
“Aku tak mengerti dengan semua yang kau katakan, sudah hentikan Mei kau jangan mengada-ngada. Jika kau tak ingin bersamaku aku tak akan memaksamu, tapi aku mohon janganlah kamu membuat cerita bohong seperti ini. Jelas aku ingat sebelum kita pacaran kau menceritakan Antonio kekasihmu yang tempramental itu. Dan kemarin aku lihat lelaki yang bersamu itu pasti Antonio”.
MEILI YING
“Bukan Gas, lelaki yang kau lihat itu bukan Antonio. Dia suamiku mas Firman”.

BAGASKARA
“Lalu mana cincin pernikahanmu? Kau becandakan Mei? Kau bahkan tak memakai cincin”.

MEILI YING
“Aku harus melakukan ini, karena aku diminta oleh orang tuamu untuk merahasiakannya dulu darimu, sampai kau ingat semuanya. Aku pun tak mengerti mengapa kau secara tiba-tiba kembali mengingatku dan kemudian melupakan Dilla. Aku sempat berpikir mungkin ini hanya ulahmu saja. Tapi ternyata kau benar-benar telah melupakannya. Semua yang kita lalui beberapa waktu selama di Bandung ini hanyalah”
 “(ucapan Meili Ying terpotong oleh Bagaskara)”

BAGASKARA
“Sudah cukup sandiwara ini Meili Ying, aku percaya kau akan menerima lamaranku”.
“(sambil memegang cincin yang akan di berikan kepada Meili Ying)”

MEILI YING
“Aku tak bisa Gas. Meskipun semua yang kita lalui ini hanyalah sementara, tapi aku bahagia bertemu denganmu lagi. Aku bahagia ternyata kau ingat semua tentang kita. Apa yang kau ingat tentang kenangan kita saat kau ulang tahun dan pertama kali menyatakan cintamu padaku itu adalah dulu. Itu tak terjadi sekarag Gas”.

BAGASKARA
“Lalu saat kita menonton kau marah ketika Dilla menghubungiku? Apa itu juga sandiwaramu?”

MEILI YING
“Aku memang selama ini berpura-pura menjadi kekasihmu lagi seperti dulu, demi kesehatanmu. Tapi aku pun tak bisa memungkiri saat itu aku benar-benar masih cemburu pada Dilla. Tapi sekarang cinta bukanlah hal yang terpenting lagi dalam hidupku, meskipun ini membuatku terkadang menyesal. Tapi semuanya telah terlanjur terjadi. Dan aku tak mau menyakiti mas Firman dan Dilla, karena mereka tak mempunyai kesalahan apapun dalam hal ini. Tuhan telah menakdirkan kita seperti ini. Bagas ingat dan sembuhlah! Aku akan selalu menyimpan semua kenangan kita dalam memori. Aku ikhlas kau bersama Dilla, dan kau pun ikhlaskan aku bersama mas Firman. Mereka mencintai kita seperti kita saling mencintai. Mereka bahkan rela membiarkan kita berdua dalam beberapa bulan ini demi kesembuhanmu.

BAGASKARA
“Apa aku memang sebodoh itu?”
“(terus memegang kepala yang mulai terasa berat dan kemudian Bagaskara pingsan)”

MEILI YING
“Bagas, bangun! tolong-tolong”
(berteriak meminta bantuan pelayan agar menggotong Bagas ke Mobil).

SC.28. INT. Rumah Sakit. Malam. Bagaskara, Meili Ying dan Dokter Angga
MEILI YING
“Gimana keadaan Bagaskara dok?”

ANGGA
“Saudara Bagaskara masih belum sadar, berdoa saja semoga keadaannya tak memburuk. Apa dia pernah mengalami kecelakaan sebelumnya Bu?

MEILI YING
“Ya, dok pernah”.
DOKTER ANGGA
“Apa Ibu istrinya?”

MEILI YING
“Iya dok”.
“(perasaan Meili sungguh tak karuan, ia sangat khawatir dengan keadaan Bagaskra, ia sangat kecewa karena telah menceritakan semuanya pada Bagaskara)”

DOKTER ANGGA
“Setelah saya periksa sepertinya Bapak Bagaskara ini pernah mengalami benturan yang sangat keras pada kepalanya. Apakah dia pernah tak mengingat sebagian memorinya?”

MEILI YING
“Iya dok, bahkan sampai hari ini ingatannya masih belum kembali”.

DOKTER ANGGA
“Kali ini Ibu tak usah khawatir, ketika suami ibu tersadar nanti, dia akan kembali normal dan mengingat semuanya kembali. Ibu patut bersyukur karena Tuhan memberikan kesembuhan suami ibu. Sepertinya suami Ibu telah berjuang untuk mengingat semuanya kembali selama ini”.

MEILI YING
“Syukurlah, Ya Tuhanku terima kasih”.
 “(sambil menutup muka dengan kedua tangannya)”

DOKTER ANGGA
“Setelah sadar, Ibu diperbolehkan membawa suami Ibu pulang”.

MEILI YING
“Terima kasih”







Tidak ada komentar:

Posting Komentar